Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

LET US TAKE CARE OF OUR ENVIRONMENT AND CONSERVATION OF NATURAL MOUNTAIN SEMERU INDONESIA

  • Thursday, November 7, 2013
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:

  • pemandangan ranukumbolo

    Entah dari mana muncul kata yang namanya “pecinta alam”, namanya sungguh terlihat mulia, mencerminkan akan kecintaan seseorang pada kelestarian lingkungan dan alam. Dengan menjamurnya media social yang menyediakan fasilitas untuk membentuk wadah atau perkumpulan dibidang minat yang serupa, sebut saja komunitas pendaki gunung, komunitas pendaki gunung Indonesia, para pendaki dan masih banyak lainnya kalau kita teliti kita bisa lihat total anggotanya yang masuk ke dalam grup tersebut mencapai belasan ribu orang dan bahkan bisa mencapai puluhan ribu belum lagi orang-orang yang menunggu konfirmasi dari addmin grup tersebut.  Dari sana saya mengasumsikan bahwa dinegeri ini ternyata banyak sekali orang-orang yang mungkin mengakui dirinya bagian dari “pecinta alam”.  Grup yang mewadahi komunitas tersebut memang sangat bermanfaat karena kita bisa saling berbagi informasi dan pengalaman, dan tak jarang pula kita lebih mudah medapatkan kawan saat akan mendaki gunung, namun tak jarang juga dalam grup tersebut membicarakan hal yang tak semestinya dibicarakan. Sisi baik dan sisi buruk dari suatu komunitas pasti dapat dilihat secara langsung maupun secara tidak langsung beberapa waktu yang lalu ada komunitas atau grup facebook perkumpulan orang yang suka mendaki gunung mengadakan acara social hal tersebut sangatlah bermanfaat tentunya. Namun yang ingin saya kritisi bukan soal grup nya tersebut, karena saya menilai grup tersebut malah banyak sisi positifnya sebagai sarana edukasi dan pemersatu antar sesama penggila ketinggian, apa lagi di negeri ini bertebaran gunung-gunung yang sangat indah, dan walaupun kita Negara beriklim tropis kita juga mempunyai gunung yang di puncaknya terdapat salju, sungguh anugrah yang patut kita syukuri.   Yang perlu kita sadari dan tanamkan dalam diri kita terutama saat kita bisa merasakan nikmatnya keindahan alam ini “kita harusnya berpikir apakah 10 tahun kemudian saya masih bisa merasakannya? Apakah anak cucu saya masih bisa merasakan indahnya negeri ini?” jangan sampai keindahan negeri ini menjadi sebuah sejarah, legenda, atau hanya jadisebuah dongen saja dikemudian hari karena terjadi kerusakan akibat kelalaian kecil yang secara sadar atau tidak sadar kita lakukan.  Terkadang mungkin kita merasa hal kecil yang kita lakukan tersebut tidak akan berdampak besar, baik dalam hal kebaikan maupun keburukan. Misalnya saya menyoroti kasus yang terjadi beberapa waktu lalu mengenai terbakarnya kawasan ranukumbolo di gunung semeru, kejadian tersebut mungkin bisa di disebabkan oleh 2 hal yaitu oleh orang yang membuang puntung rokok sembarangan, atau disebabkan oleh api unggun yang lupa dimatikan sampai tuntas. 2 hal tersebut terlihat sangatlah sepele, namun kita lihat dampaknya sangat luar biasa, keindahan alam ranukumbolo menjadi tercoret, kesan indahnya pun hilang, yang ada hanyalah kesan memperihatikan, salah satu gunung terindah di Indonesia penuh dengan serakan debu api karena adanya kebakaran tersebut, belum lagi sampahnya, bahkan sempat muncul kata-kata yang tidak enak di dengar oleh telinga “puncak tertinggi tanah jawa telah berubah menjadi tempat pembungan sampah tertinggi di pulau jawa”, saya pribadi tidak ingin melemparkan kejadian ini kepada salah satu pihak, tapi kembali lagi pada kepribadian masing-masing, ternyata pendaki gunung dinegeri ini masih belum banyak yang menyadari pentingnya menjaga kelestarian dari mulai hal kecil. Salah satu contoh tindakan kecil yang dapat menjaga kelestarian alam adalah tidak meningglakan secuil sampah di gunung, misalkan tidak membuang puntung rokok. Coba kita bayangkan apabila seorang pendaki membawa rokok 2-3 bungkus asumsikan 1 bungkus 12 batang artinya bila rokok tersebut dinyalakan maka akan membentuk 12 putnung rokok dikali 2-3 bungkus artinya sudah terbentuk 24-36 puntung rokok, kita kalikan kembali dengan total pendaki. Misalnya beberapa waktu lalu pendakian ke gunung semeru mencapai 3050 orang asumsikan dari 3050 orang tersebut sebanyak 1200 orang adalh perokok (misalkan) nah bisa dibayangkan 1200 orang x 36 puntung rokok total puntung rokok tersebut sudah mencapai 43.200 puntung rokok, iya mending kalau puntung rokok tersebut dibawa kembali turun ke bawah nah kalau tidak bisa di bayangkan sendiri. Satu puntung rokok baru akan terurai oleh mikroorganisme setelah 10 tahun, bisa dibayangkan kembali butuh berapa ratus tahun supaya puntung rokok sebanyak itu bisa terurai…?? Belum lagi puntung rokok tersebut bisa menyebabkan kebakaran.  Mendaki gunung samil merokok tidak dilarang, yang dilarang itu mengotori gunung dengan puntung rokok dan sampah tak berguna yang dapat menyebabkan kerusakan alam. Mari mulai dari sekarang kita jaga tingkah laku, kebiasaan, serta budaya kita yang tadinya kurang peduli menjadi peduli, yang sudah peduli menjadi lebih peduli. Ga ada ruginya kok kalau kita peduli terhadap lingkungan, malah kita akan diuntungkan ketika kita-kita peduli terhadap lingkungan, dan sebaliknya ketika kita berlaku tidak peduli terhadap alam maka jangan salahkan siapa-siapa bila ada bencana, tapi salahkan kelalaain diri kita sendiri.