Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

TEBING KERATON

  • Thursday, October 23, 2014
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:


  • Baru-baru ini di kalangan masyarakat kota bandung sedang hangat membicarakan suatu bukit yang bernama Tebing Keraton yang konon katanya memiliki keindahan yang sangat luar biasa, view dari bukit tersebut adalah Taman Ir.H Djuanda, dan sekitar kota bandung. Beberapa hari ke belakang saya penasaran dengan kabar tersebut dan mencoba mengkonfirmasi kepada salah satu teman saya yang berada di Bandung kebetulan dia pernah mengunjungi Tebing Keraton, dan katanya view nya memang cukup bagus. Untuk membutikan dan memastikan hal tersebut saya mencoba searching info dari google, memang foto yang ditampilkan hasilnya cukup bagus, dan sebelumnya pun ada salah satu followers di Account Instagram (Indonesia_bagus) milik saya yang mengetag foto tentang keindahan tebing keratin. Setelah semua info saya dapatkan saya dan kawan saya berencana menuju ke tempat tersebut, namun salah satu teman yang saya ajak diberi info oleh kawannya yang berada di Bnadung dia menyatakan “JANGAN KAGET KALAU SAMPAI SANA TAK SEINDAHAN DI FOTO”. Saya dan kawan saya tidak menghiraukan, tujuan kita yang penting sampai saja dulu kota Bandung, selanjutnya biar insting yang mengarahkan. Kita berelima bertolok menuju Bnadung dari Bogor menggunakan jalur Bogor-Puncak-Cianjur-Padalarang-Cimahi-Bandung, yang menjadi titik awal menuju Tebing Keraton adalah plaza dago, karena arah dari sana lebh mudah jalannya hanya tinggal lurus saja mengikuti petunjuk arah yang mengarah ke Taman Ir.H Djuanda, selebihnya mengandalkan GPS dari Handphone dan mengandalkan bertanya pada warga yang kita temui di jalan. Ternyata di arah jalan yang menuju Tebing Keraton banyak sekali ditemukan pengendara motor yang memang kebetulan mau mengujungi tempat tersebut, kebanyakan pengunjung yang berkunjung ke tempat tersebut adalah untuk menikmati sunrise. Sekitar 2 KM sebelum menuju parkiran terakhir disana banyak tukang ojeg yang menyuruh memarkir mobil dibawah padahal seseungguhnya parker mobil bisa didekat dengan pintu masuk, ulah tersebut dilakukan para tukang ojeg supaya para pengunjung menggunakan jasa mereka, jadi jika anda hendak kesana menggunakan mobil, parker saja di bagian atas dekat dekat dengan pintu masuk biaya parkirnya Rp.5.000 jarak parkiran jadi-jadian yang dibuat oleh para oknum tukang ojeg ke pintu masuk sekitar 2-3 KM jadi ajan cukup menguras energy jika anda jalan kaki. Untuk bisa masuk ke tebing keratin kita di harus kan membayar tiket sebesar Rp.11.000, dulu sebelum tempat tersebut banyak diperbincangkan orang, untuk masuk ke tempat tersebut gratis, karena dengan seiringnya banyak orang yang memeperbincangkan keindahan tersebut maka bertambah pula pengunjung yang mengunjungi tempat tersebut, umumnya pengunjungb erasal dari kota bandung sendiri, da nada juga pengunjung dari luar kota seperti kota Jakarta. Di Pintu masuk terdapat beberapa penjual makan seperti bakso, mie, kopi, dan air mineral. Untuk pemandanganya sendiri saya juga sedikit kaget ternyata antara yang saya liat dari foto di google dengan kenyataan kok sangat berbeda jauh, saya sedikit agak kecewa namun saya tau, sesungguhnya yang mempengaruhi keindahan suautu tempat adalah cuaca, jika disaat cuaca mendukung memang suautu pemandangan akan terlihat semakin menawan, dan ketika cuaca tidak mendukung memang suautu pemandangan pun enggan memperlihatkan keanggunannya, cuaca dan pemandangan ibaratkan romeo dan Juliet saling mengisi kekurangan dan saling melengkapi keindahan.

    #Jarak dari parkiran sesungguhnya

    #View Tebing Keraton

    #View Tebing Keraton

    #View Tebing Keraton
    Untuk sebagian orang terutama orang perkotaan memang pemandangan seperti ini memberikan pesona tersendiri yang cukup indah, karena memang dikota yang bisa kita lihat hanyalah gemerlapnya lampu-lampu, gedung tinggi, kendaraan, dan polusi. namun untuk sebagian orang daerah seperti saya, kesan yang saya dapatkan adalah "caealah ini mah pemandangan dibelakang rumah gua kalii, lebih kece malahan". disini saya tidak bermaksud untuk menjelekan, namun disini saya mencoba berbagi edukasi mengenai suautu view yang indah itu banyak sekali faktor yang menentukannya, bisa dari faktor cuaca ataupun dari faktor intensitas kita dalam merasakan suguhan alam. saat memutuskan berlibur ketempat yang berbau alam liar kita harus jeli dalam memahami musim atau cuaca, jika anda hendak menikmati pemandangan matahari terbit maka pergilah saat musim panas, dan jika anda hendak berlibur menikmati dinginya salju di negara eropa maka anda harus pergi ke negara tujuan memang saat musim salju terjadi di negara tersebut. 

    Unit Romantisme dan Realitasnya (URR)

  • Monday, October 13, 2014
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:

  • #TheDreamTeam

    Chapter #1
    Beberapa hari yang lalu saya baru melewati masa pendidikan di bagian reproduksi, selama satu bulan penuh saya beserta rekan-rekan saya melewati masa-masa yang indah. Kita beranggotakan 19 orang, dan pada minggu pertama kita kedatangan teman yang kebetulan pada saat itu ada pendidikan tambahan selama satu minggu. Tempat yang sunyi nan roamtis ini memang agak sedikit jauh dari lingkungan perkampusan yang memang penuh dengan hiruk pikuk kegiatan kemahasiswaan pada umumnya, tempat ini memang berada di area pusat perkadangan ternak. Salah satu kegiatan dan rutinitas yang kita lakukan tiap hari adalah belajar pemeriksaan kebuntingan (PKB), belajar kawin suntik inseminasi buatan (IB), menampung sperma sapid an domba, belajar ultrasonografi (USG) pada sapi dan domba, dan sempat beberapa kali demo USG pada kuda. Itulah serangkaian kewajiban yang kita jalani selama sebulan penuh disuatu tempat bernama Unit Rehabilitasi dan Reproduksi (URR), saya pribadi sih lebih senang memplesetkan singkatan ini menjadi “Unit Romantisme dan Realitasnya” (URR). Bagaimana tidak “Romantis” disini kita selain “belajar keilmuan tetapi juga belajar keorganisasian” (kata-kata yang saya dengar pertama kali dari dokter ligaya saat bicara 6 mata dengan beliau, dan sampai sekarang kata-kata tersebut saya jadikan pedoman dalam menjalani kehidupan), nah yang akan saya garis bawahi sebagai penanda kata “Romantis” disini adalah “keorganisasian” nya. Kata “romantic” tidak harus melulu diaplikasikan pada sepasang muda mudi yang sedang dimabuk asmara, tetapi kata “romantic” dapat diaplikasikan juga dalam indahnya kebersamaan dalam sebuah pertemanan. Baiklah saya jelaskan kenapa saya bersikukuh memakai kata “romantic” untuk menjabarkan keorganisasian yang saya maksudkan. Dalam melakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB) dan melakukan Inseminasi buatan bukalah perkara mudah, pertama-tama kita harus bersahabat dengan anus/rectum sapi, kedua kita harus bersahabat dengan baunya kotoran/feses yang keluar, ketiga kita harus siap dikala apes kena sepakan kakinya. Belum menginjak pada sesi pembelajaran intinya pun sudah sedemikian agak beratnya. Setelah kita faham ketiga langkah tersebut kita harus bisa menemukan yang namanya servix disanalah titik orientasi kita sebelum melakukan tindakan ke tahap selanjutnya karena bagian servixlah yang ciri khasnya paling berbeda dan relative lebih mudah dikenali karena cirinya yang keras, walaupun “realitasnya” juga susah. kemampuan kita dalam melakukan interpretasi pun berbeda, disinilah awal kata “Unit Romantisme dan Realitasnya” muncul. Ada beberapa kawan yang sedikit kesulitan dalam menentukan titik orientasi saat melakukan PKB dan IB, da nada juga kawan saya yang meneteskan air mata kebahagianya karena dia agak telat bisanya, kebetulan pada minggu pertama hari ke 4 saya berada di kandang saya sudah bisa melakukan IB dengan cukup baik. Dan hari-hari berikutnya sudah hampir semua bisa melakukannya, yang saya kagumi disini adalah kemampuan kawan-kawan saya dalam “mengorganisir” waktu, kemampuan, dan berbagi (saling mengajarkan) dengan rekan-rekan yang memang kebetulan belum terlalu mahir. Bisa dibayangkan ketika anda kesulitan menginterpretasiakn titik oreintasi, tangan anda susah pegal namun tak kunjung menemukanya, dan secara gak sadar air mata pun turun menghapus wajah anda yang kelelahan, tiba-tiba kawan anda dari belakang dengan hati yang ihklas bersedia mengajarkanya, tangan anda dibimbing untuk menemukan suatu titik orientasi yang bernama servix, walaupun tangan berlumuran feses dan terkadang darah karena bagian mukosa dari rectum sedikit mengalami perlukaan. Tangan anda dibimbing oleh tanganya sampai anda menemukanya dan anda bisa melakukanya sendiri. Mungkin agak sedikit rancu, lebay, dan gak nyambung kata “organisme, romantisme, dan realitisanya” dimix dijadikan satu cerita. Itulah yang saya pelajari selama berada dikandang sapi, terkadang Sesutu yang tidak nyambung, lebay, aneh, menjijikan bisa dijadikan sesatu yang bisa memiliki makna yang lebih bernilai ketika kita menyesisipkan “keilmuan dan sentuhan organisir”. Walaupun tangan yang membimbing adalah tangan lelaki dan tangan yang dibimbing juga adalah tangan lelaki saya rasa tidak mengurangi nilai “keromanisanya”, saya memandang salah satu makana dari “romantisme” itu sendiri adalah “keharmonisan”. Jika orang tersebut mau membantu temanya yang lelaki secara seksama ya apalagi membantu temanya yang wanita, itu bukanlah sautu kendala yang berarti. Suasana indah itu berlanjut sampai pada hari terahir dimana kita di uji oleh dosen untuk ujian akhir. Kisah romantisme dikandang tersebut pun dibalut oleh cerita indahnya kebersamaan, disaat kita berada di kandang sapi, disana ada juga yang namanya masa istirahat untuk sapinya dimana dalam masa istirahat si sapi tersebut tidak boelh diganggu atau dipalpasi dan pada sapi istirahat maka sapi tersebut harus diberi makan rumput. Selama jelang waktu tersebut atau masa istirahat untuk melakukan palpasi kita sering sekali memesan makan dan minum ke ibu-ibu yang memang suaminya bertugas di kandang sapi tersebut, jika dilihat sepintas betapa joroknya kelakuan kita ini, makan minum dikandang sapi tepat sekali dibelakang anus/rectum sapi,dan tak jarang disaat kita makan atau minum si sapi malah kencing ataupun membung kotoranya, namun kita tak pernah menghiraukanya dan terus melanjutkan makan minum. Terkadang memang hidup ini kurang “Logis” namun apalah daya ketika kita mampu menyusukuri dan menikmati masa ketidaklogisan tersebut ternyata bisa berubah menjadi sebuah kisah yang sangat unik, dan sangat kita rindukan dikala kita meninggalkan keibiasaan itu. Ada satu kata-kata “ICON” dikala kita berada di kandang sapi bersama-sama, kebetulan dalam kelompok kita ada seorang ibu-ibu yang memang baru mengikuti program pendidikan profesi, umurnya memang terpaut sekitar 10-11 tahun dengan kita, dia memiliki sifat keibuan yang baik. Dikala kita melakukan palpasi tak jarang rectum sapi berdarah dikarena salah dalam orientasi ataupun dalam teknik. Dia selalu bilang ke kita semua “ulaaaah atuh heei ulaaah” (itu adalah Bahasa sunda yang dalam Bahasa Indonesia artinya “jangan”) kasian sapinya. Karena intonasi dan penyampaianya yang sedikit unik maka kata-kata “Ulaaah Atuuh” sudah menjadi semacam “Icon” penting dan selalu hadir dalam setiap candaan kita. Suatu tindakan yang kurang terpuji namun saya selalu merindukannya adalah ketika waktu luang kita isi dengan bermain kartu foker, kebetulan saya memang senang bermain kartu foker dan saya juga cukup mahir memainkannya. Bagi saya foker sudah seperti jejak hidup foker selalu mengingatkan saya pada kenangan manis pahit saat harus sabar menunggu dosen pembimbing saat mengerjakan tugas akhir S1, jadi wajarlah jika saya memang sedikit memiliki kemampuan dalam bermain foker hahah (narsis). Dua permainan yang sering kita mainkan dikala mengisi waktu istirahat pertama bermain PES (hanya bagi yang bisa aja, say amah ga bisa,saya mah apalah atuh Cuma anak kampung) dan kedua foker, untuk permainan foker ada beberapa wanita juga yang bisa memainkanya. Sembari bermain foker enakanya minum es teh manis sambal makan,menu andalah disini adalah indomie telor plus nasi buatan chep andah, chep paling jago seantero URR hahah, walaupun terkadang bosan dijejali telor, mie, telor mie tapi tetap aja pagi-pagi pesen mie, siangnya pesen nasi plus telor, besoknya? Ya gitu lagi pesennya, haha memang ironis sih, namun kemampuan mensyukuri apa yang ada menjadikan suatu keironisan menjadi suatu nikmat yang luar biasa, bukan menjadi suatu kesedihan haha.

    ANTARA EGO DAN PRINSIP

  • Thursday, October 9, 2014
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:
  • http://www.hdwallpapers.in/walls/love_hd-normal.jpg



    Kehidupan seorang manusia tidak akan bisa lepas dari lingkungan tempat dimana dia berada, kehidupan manusia selalu melibatkan orang lain sekecil apapun keterlibatanya  karena memang manusia tercipta sebagai “mahluk social”. Hubungan antar manusia akan selalu terjalin terlepas dari baik atau kurang baiknya hubungan tersebut. Kata “hubungan” bisa memiliki tujuan, makna dan hirarki yang berbeda. Bentuk suatu hubungan bisa antar manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan lingkunganya, dan hubungan seorang lelaki dengan wanita (hubungan bisa dalam bentuk saudara, teman, atau kekasih). Jika kita mengupas kata “hubungan” antar lawan jenis sangatlah menarik, terutama hubungan pertemanan dan hubungan tali kasih. Setiap orang memiliki comfort zone yang berbeda-beda jika dilihat dari gendre nya. Ada wanita yang yang kurang nyaman jika terlalu banyak “berhubungan” dengan lelaki, dan ada juga wanita yang lebih senang atau nyaman “berhubungan” dengan lelaki begitupun dengan seorang lelaki, hal tersebut kembali ke diri masing-masing tergantung pengaruh dari sifat, aktivitas, lingkungan kerja, dan lain sebagainya yang membuat “hubungan” tersebut menjadi nyaman untuk dijalani. Lingkungan dan karakter pribadi turut andil dalam  menentukan bagaimana cara kita “berhubungan” dengan siapa kita “berhubungan” dan dengan siapa kita ingin lebih banyak “berhubungan”. Dalam kehidupan seorang anak muda pastilah akan banyak “berhubungan” dengan teman-teman terutama dimasa-masa menginjak remaja atau di masa-masa beranjak dewasa, usia tersebut bisa dikatakan usia pencarian jati diri. Dimana anak muda mulai mencari-cari, merancang, dan melakukan hal-hal yang mengarah ke arah yang ingin dia capai dimasa yang akan datang. Dimasa-masa tersebutlah juga merupakan masa-masa seorang anak muda memiliki hasrat yang tinggi dalam menjalin “hubungan” dengan lawan jenis ke arah yang lebih intens berupa “hubungan” tali kasih. Ada kalanya juga dimasa-masa tersebut merupakan masa dilema antara hasrat dan kenyataannya terkait idealime masa depanya, tak jarang anak yang berada dalam keadaan ini memikirkan banyak hal dalam menjalin “hubungan” terutama dengan lawan jenis, antara ingin menjalin tali kasih, namun berfikir juga umur sudah bukan saatnya lagi menikmati masa bersenang-senang belaka, dia juga mulai berfikir jauh tentang “hubungan” tali kasih. Tak jarang anak muda yang mengalami atau berada pada posisi ini agak menutup diri soal perasaanya, namun tidak membatasi “hubungan “pertemanan. Dua kenyataan yang dihadapi anak muda pada usia yang serba nanggung, bukan anak-anak, tapi belum terlalu tua juga, pertama dia harus melihat fakta teman-teman seusianya menjalani tali kasih dengan lawan jenis, kedua dia sudah harus mulai memikirkan masa depanya  termasuk keseriusan dalam menjali tali kasih ke arah yang lebih serius bukan hanya memikirkan kesenanganya belaka, ada yang berpendapat bahwa salah satu masa terindah di masa-masa tersbut adalah jalinan tali kasih dengan lawan jenis. Mungkin rasanya persis seperti penggalan cerita di film india, dimana sepasang kekasih berlari-lari sambal menari dan bernyanyi bagaikan dunianya hanya milik mereka berdua, tanpa menghiraukan lingkungan sekitar virus asmara pun menghujani dan meracuni sepasang kekasih. Hal tersebut mungkin suatu kewajaran yang dialami oleh sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta, namun aturan tetaplah ada baik dari norma adat istiadat ataupun norma agama, semuanya kembali pada diri masing-masing apakah mau mentaati atau tak menghiraukannya. Semua kehidupan memiliki pilihan, dan semua pilihan memiliki risikonya masing-masing, termasuk dalam “hubungan” tali kasih pastilah tak akan pernah luput dari risiko. Semua risiko yang ada adalah untuk mendewasakan diri kita, dalam menghadapi suatu masalah ataupun dalam cara pandang kita terhadap lingkungan ataupun terhadap kehidupan.