http://www.antarasumut.com/wp-content/uploads/2013/05/logo-pemilu-2014-okkkk.jpg |
Pesta 5 tahunan yang biasa disebut “pesta demokrasi
rakyat” oleh segelintir orang yang mempunyai maksud dan tujuan untuk melanggeng
“kesana” menjadi anggota dewan terhormat akan terselenggara pada 9 April 2014.
Berbarengan dengan tahun “Pemilu” tersebut pun bencana melanda Indonesia, sebut
saja letusan gunung sinabung di Kabupaten Karo, banjir Bandang di Manado,
Banjir di Ibu Kota, dan banjir di Kota dan Provinsi lainnya seperti di Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Hadirnya bencana
yang melanda bumi Nusantara tidak disiasiakan oleh Orang-orang yang bermaksud
mencalonkan diri menjadi anggota dewan pada pemilu, mereka ramai-ramai membuka
posko bantuan dan belusukan menyambangi warga namun saya melihat langkah tersebut
sebagai “MODUS”, memberikan bantuan kepada warga yang sedang terlanda bencana
memang sangat mulia “TAPI” kenapa saat memberikan bantuan tersebut tidak
menanggalkan atribut Parpolnya…?? Mungkin ini memang suatu langkah untuk
mempromosikan diri dan parpolnya, memang sangat cerdik dan kreatif memanfaatkan
momen bencana sebagai media promosi, saya pribadi memberi nama langkah mereka
dengan sebutan “Di Balik Bencana Ada “Wacana” Menuju April & Juli 2014”.
Disaat warga menjerit datanglah orang-orang yang “BERHATI MULIA” menolong dan
memberikan bantuan kepada warga, orang “BERHATI MULIA” ini memberikan bantuan
makanan, pakaian, dan motivasi kepada warganya, “NAMUN” sekali lagi saya
PERTANYAKAN kenapa atribut parpolnya tidak dilepas..?? kalau memang mau membantu
sesama yang membutuhkan bantuan alangkah lebih baik dan lebih mulia tanpa harus
mengenakan atau menjadikan momen tersebut sebagai ajang promosi atau kampanye,
sangat ironis bila memberikan bantuan namun dibalik semua itu pun terdapat
maksud lain yang merupakan salah satu langkah untuk memuluskan tujuannya di
April & Juli. Memangnya kalau kalau seorang aktivis parpol jika hendak
memberikan bantuan kepada sesama diwajibkan memakai atributnya,,,,??? Memang di
negeri ini semua hal dari hal sepele sampai hal yang luar biasa tidak luput
dari “POLITISASI” para tokoh dan para elit yang memang berkecimpung di dunia
politik. Sekarang sebutkan apa yang di negeri ini yang tidak bisa
DIPOLITISASI…?? Saya sendiri memandang di negeri ini sudah tidak ada lagi
seseuatu yang murni tidak dipolitisasi, misalkan saja “CINTA” yang konon kata
orang “Cinta itu suci,cinta murni” namun saya menilai masih kah cinta bisa
dikatakan suci atau murni jika cinta itu sudah DIPOLITISASI…???. Walaupun
memang pada dasarnya “SEJARAH” menceritakan “POLITIK CINTA/MEMPOLITISASI CINTA”
sudah ada sejak zaman dahulu, jika suatu kerajaan hendak menguasai kerajaan
lain bisa ditempuh melalui “CINTA”. Pendek kata misalkan kerajaan A memiliki
sang Raja yang menduda atau Rajanya doyan kawin, nah kita berposisi sebagai
Raja Kerajaan B, dan berhendak atau berkeinginan menguasai kerajaan A, maka
saya sebagai Raja Kerajaan B bisa menempuh keinginan saya untuk menguasai
kerjaan A dengan “CINTA”, bwakan saja atau tawarkan saja seorang gadis yang
berkeinginan untuk memiliki seorang suami, tentu saja sang gadis tersebut sudah
di doktrin dengan “tujuan dan maksudanya” karena cinta itu memiliki banyak
arti. Begitupun para calon yang mencalonkan dirinya sebagai anggota dewan,
mereka mencintai warganya terbukti mereka turun member bantuan terhadap para
korban bencana, namun dibalik cintanya seperti tersirat “DUKUNG DAN PILIHLAH
SAYA BESERTA PARPOL SAYA DI PEMILU NANTI”, buktinya saat mereka memberikan
bantuan mereka tak melepas atribut parpolnya, dan bahkan ada oknum parpol yang
mengaku bahwa salah satu bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah berkat
jasanya.
0 komentar:
Post a Comment