Susur Belantara Taman Nasional Merubetiri
KEPULAUAN KARIMUN JAWA
Kepulauan karimunjawa termasuk ke dalam Taman
Nasional Kepulauan Karimunjawa, yang terdiri dari 27 pulau, secara
administrative termasuk ke dalam kabupaten Jepara. Akses menuju karimunjawa dapat ditempuh
melalui jalur udara dan laut. Untuk
penyebrangan lewat laut dapat ditempuh dari pelabuhan pantai kartini atau dari
pelabuhan semarang, untuk penyebrangan sendiri tidak tiap hari biasanya dalam
seminggu hanya ada 2 atau 3 kali saja penyebrangan, kapal yang biasanya
melakukan pelayaran adalah jenis ferri atau kapal motor boot. Untuk harga tiket penyebrangan menggunakan
kapal feri harganya sekitar Rp.32.500 dengan waktu tempuh sekitar 6 jam,
sedangkan untuk kapal motor boot atau speedboot harganya berkisar antara
Rp.90.000 ke atas namun jarak tempuhnya lebih cepat yakni sekitar 2-3 jam saja,
sedangkan untuk transportasi udara biasanya penerbangan dilakukan dari
semarang.
Karimunjawa memilik panorama keindahan yang masih
asri, selain lautnya masih bersih pantai-pantai disanapun sangat indah, untuk
penginapan sendiri disana ada beberapa resort yang cukup bagus, dan banyak juga
homestay-homestay yang harganya mulai dari Rp. 20.000 perorang permalam. Walaupun harga homestay disana bisa dikatakan
murah terutama untuk para backpacker tapi fasilitas dan kenyamanannya cukup
terjamin. Biasanya pas kapal bersandar
di dramaga nya disana sudah banyak para pemilik homestay yang menawarkan
penginapannya, harga homestay disana hampir sama semua harganya, jadi waktu
kita sampai disana kita tidak usah bingung untuk mencari penginapan.
Biasanya pada saat musim liburan tiba, pengunjung
ramai sekali terutama para mahasiswa yang hendak liburan bersama
teman-temannya, terkadang ada beberapa turis asing yang berlibur disana. Untuk objek wisatanya sendiri disana banyak
sekali, mulai dari pantai pasir putih, penangkaran hiu, pulau yang adanya hanya
pada saat surut saja, jungle track, dan masih banyak yang lainnya. Karena karimunjawa termasuk kedalam Taman
Nasional yang pengelolaanya sendiri berada dibawah departemen kehutanan, jadi
disini ada pembagian zona, antara zona yang dapat dikunjungi oleh para
wisatawan maupun warga sekitar, dan ada juga zona yang hanya boleh dikunjungi
oleh pihak pengurus Taman Nasional dan para peneliti biasanya zona ini disebut
dengan zona inti, peraturan ini diberlakukan untuk menjaga kelestarian alam
disana.
Bagi para muda-mudi yang suka memicu adrenalin, di
karimunjawa ada objek wisata yang cukup ekstrim yaitu berenang bersama hiu-hiu
ganas dipengkaran hiu yang dikelola oleh salah satu warga disana, cukup dengan
mengeluarkan uang Rp.5.000 kita dapat renang bersama hiu sepuasnya. Penangkaran
hiu ini sendiri letaknya ada di pulau menjangan tak jauh dari pulau karimunjawa
nya sendiri, dengan menyebrang menggunakan kapal kita akan sampai dalam waktu 5
menit. Disana sendiri untuk jalan-jalan
ke antar pulau kita bisa menyewa kapal-kapal nelayan dengan harga sekitar
Rp.350.000 seharian dan dapat diisi oleh 10 orang penumpang. Biasanya kita oleh sang pemilik kapal
diantarkan ke spot-spot favorit yang menjadi incaran para turis yang berkunjung
kesana, disana kita juga bisa melakukan snorkeling dan penyewaan alat
snorklingnya pun tersedia cukup dengan merogok kocek Rp.35.000 perorang kita
bisa memakai alat tersebut sepuasnya dari pagi sampai sore
Di pulau karimunjawa nya sendiri terdapat gunung yang
memiliki ketinggian sekitar 500 mdpl, dari bukit gunung tersebut kita dapat
melihat pemandangan yang sangat indah terutama ketika cuaca sedang
bersahabat. Air diperumahan warga
sekitar pantai rasanya tidak asin ataupun payau, konon menurut polisi kehutanan
sana, ini disebakan garamnya tertahan oleh hutang mangrove yang ada disana,
memang disana hutan mangrove nya terpelihara dengan baik, selain itu dihutan
mengrove tersebut terdapat track dengan panjang sekita 2 km yang sengaja
dibangun untuk tujuan wisata.
Dikala sore ketika cuaca sedang cerah mata kita akan
dimanjakan oleh pemandangan tenggelamnya matahari yang sangat indah. Di pulau karimunjawa nya sendiri ada spot
khusus yang sangat strategis untuk menikmati pemandangan tenggelamnya matahari,
disini kala sore tiba para turis sangat banyak, mereka dating ke spot ini untuk
menikmati pemandangan indah tersbut.
Untuk makan selama kita berada di karimunjawa, kita bisa mesan ke
pemilik homestay kalau untuk harga sekali makannya bisa disesuaikan atau
tergantung dari lauk yang kita pesan, secara keseluruhan untuk biaya makan
kalau memesan dari homestay memang cukup mahal.
Saat sore hari tiba, kita bisa main ke alun-alunnya, disana bisanya bara
penjual makanan mulai dari makan ringan sampai makanan berat, untuk harga
sendiri relative tak begitu mahal.
Jangan kaget ketika kita berlibur kesana kita hanya bisa mendapatkan
listrik dimalam hari, karena listrik baru menyala mulai magrib sampai pukul
5.30 pagi.
Selain
itu disini ada juga tempat pengkaran penyu semi alami dan jalur lintasan
lumba-lumba saat musim migrasi, daerha ini tepatnya berada di pulau kemujan,
batas antara pulau karimun dan pulau kemujan sendiri hanya dipisahkan oleh
sungai yang lebarnya sekitar 3 meter saja.
Dikala dating musim bertelur penyu-penyu disana mendarat untuk bertelur,
dan biasanya petugas kehutanan disana melakukan patrol selama musim penyu
bertelur, untuk mengambil telur-telur penyu tersebut kemudian memindahkanya ke
tempat penetasan semi alami, tujuannya sendiri adalah untuk konservasi dan
mencegah telur-telur tersbut dimangsa oleh predator sebelum menetas, dan untuk
mencegah tangan-tangan jahil manusia yng suka mengambil telur tersebut untu
tujuan komersial. Selain itu juga disaat
datang musim migrasi kita bisa melihat gerombolan lumbba-lumba yang hendak
melakukan migrasi
IGTF CHATER #5 (tragedi)
NASEHAT
DI DALAM NASEHAT
(orang
yang mempunyai nasehat cemerlang belum tentu bisa mengaplikasikannya,namuan
belum tentu juga kita tidak bisa mengaplikasikannya)
Dalam hidup kita pasti memiliki orang-orang terdekat
dan lingkungannya, dalam hubungan dengan teman dan lingkunganya tersebut kita
juga pasti akan menemukan hal-hal yang bisa membuat kita bangga terhadapnya,
dan pasti kita juga akan menemukan suatu hal yang mengetuk hati kita untuk
memberikan nasehat atau saran kepada
teman atau lingkunganya di saat ada ketidakwajaran dan keganjilan. Ketika kita merasa bangga dengan teman atau
orang terdekat dengan kita karena dia telah melakukan yang bisa dianggap heroic
baik dalam prestasi akademik maupun non akademik, kita harus pintar-pintar
dalam memilih kata-kata ungkapanya serta cara mengungkapakannya baik secara
langsung maupun lewat media social, jangan samapai karena salah memilih kata,
tempat, dan media,niat kita malah ternilai buruk, atau dinilai terlalu
berlebihan (lebay).
Ada satu hal yang biasa terlupakan oleh kita dalam
hal tersebut, yaitu orang lain punya hak untuk menilai kita atas apa-apa yang
telah kita perbuat, namun terkadang kita tidak bisa menerima penilaian orang
lain terhadap kita, karena kita merasa penilainya salah dan hanya sebatas
melihat dari luar saja. Beberapa hal yang perlu kita sadari jika berada di
posisi yang di nilai adalah, sang penilai (orang lain atau orang yang berada
dilingkungan sekitar), kebanyakan hanya menilai dari luar saja, tanpa mau tau
dalamnya (prosesnya), penilai selalu merasa dirinyalah yang paling benar,
penilai hanya cukup melihat dia sudah bisa menghasilkan angka penilaian,
terkadang penilai tidak memperhatikan aspek kebatinan atau perasaan yang
dinilai.
Sebagai orang yang dinilai kita harus percaya pepatah
“tak
aka ada asap kalau tidak ada api”, mungki kita bisa sama sekali tidak
menganggap justifikasi dari penilai yang menilai perbuatan kita, namun kita
juga tidak boleh serta merta menolak semua hipotesa tentang diri kita yang
diberikan oleh penilai, kita harus tetap merespon sebagian yang
diungkapakannya, yakinilah “bahwa tak selamanya kebenaran dan kesalahan
itu akan berdiri tegak”, karena kita bukanlah malaikat yang selalu
patuh, dan bukan juga syetan yang selalu membangkang, dalam hidup kita maupun
orang lain pasti pernah melakukan salah dan benar. Semua hipotesa yang dilontarkan orang lain
(penilai/orang yang menilai) kepada kita pasti ada benarnya dan pasti ada
salahnya, kita harus bisa menangkap dan menerima kebenaran yang negative
tentang diri kita yang di nilai orang lain, supaya kita bisa mengoreksi dan
mengintrospeksi diri menjadi pribadi yang lebih baik, jadi dalam menanggapi
penilaian orang lain tentang diri kita, kita tidak boleh menolaknya
mentah-mentah, dan tidak boleh juga kita menelannya bulat-bulat, tapi kita
analisis terlebih dahulu, mana yang benar dan mana yang salah setelah itu baru
kita lakukan tindakan yang negativenya kita buang dan yang positif nya kita
ambil lalu tingkatkan.
Ketika kita berada di posisi sebagai seseorang yang
mengeluarkan hipotesa dan penilaian terhadap orang lain, kita harus bisa
menganalisis terlebih dahulu apa yang akan kita nilai, jangan hanya semata-mata
kita mengeluarkan hipotesa dan penilaian dari apa yang kita lihat saja, tanpa
mengetahui apa yang tidak kita lihat, ini berlaku baik dalam kita mengeluarkan
hipotesa dan penilaian baik dan buruk tentang orang lain. Apa yang kita lihat
belum tentu sama dengan apa yang tidak kita lihat, kita memang mempunyai hak
untuk menilai orang lain namun alangkah baiknya jika kita tidak usah atau
jangan terlalu sering menggunakan hak tersebut, kecuali memang sangat-sangat
dibutuhkan dan kita memang sudah tau baik apa yang terlihat maupun yang tidak
terlihat tentang apa-apa yang akan kita nilai.
Kita perlu sadar dan perlu memperhatikan perasaan orang yang kita nilai,
sebagai manusia yang memiliki perasaan kita harus saling memikirkan perasaan
masing-masing, dan mencoba untuk memposisikan diri kita diposisi yang akan
dinilai.
Terkait nilai dan penilaian ini
biasanya akan kita dapatkan ketika kita memiliki intensitas yang tinggi dalam
bersosialisasi, orang yang memiliki intensitas bersosialisai lebih tinggi
biasanya akan mendapatkan penilaian yang beragam ketimbang orang yang memiliki
intensitas sosialisasi dengan lingkunganya rendah. Karena seringnya kita bersosialisasi, baik
berbicara di depan umum, memimpin jalannya suatu kegiatan, maupun interaksi
dengan orang-orang yang berbeda latar, sehingga secara tidak sadar itu akan
memunculkan sesuatu yang menuntut kita untuk bisa beradaptasi, dan secara tidak
sengaja hal-hal tersebut terbawa saat berinteraksi dengan orang lain yang
berbeda latar belakang lagi,
IGTF CHAPTER #4
PENTINGNYA
KOMUNIKASI
(Menyampaikan Kata-Kata Ilmiah Menjadi Bahasa
Yang Mudah Dicerna Oleh Masyarakat Awam)
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak akan luput dari “komunikasi” karena komunikasi merupakan cara kita
berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Dalam berkomunikasi dengan orang lain kita
harus memperhatikan berbagai aspek seperti adat istiadat, daerah, budaya, dan
mungkin suku. Ketidakfahaman dalam
aspek-aspek tersebut dapat memunculkan suatu masalah yang kompleks, dan bahkan
bisa juga memicu perselisihan antar komunitas, ataupun suku.
Terkait dalam berkomunikasi saya
mempunyai kisah dan cerita yang saya anggap benar-benar berkesan, kejadian
tersebut saya alami saat saya mengikuti kegiatan IPB Goes To Field di kabupaten Kudus (IGTF Kudus 2013). Kejadian unik tersebut saya alami tepatnya di
desa Bulungkulon disaat saya ditugaskan oleh ketua pelaksana IGTF Kudus 2013
untuk mendampingi adik-adik semester 4 untuk melakukan pemberian obat cacing
gratis untuk ternak sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Kebetulan dalam acara IGTF tersebut
ada program pemberian obat cacing untuk ternak secara gratis, kejadian bermula
disaat rombongan peserta IGTF Kudus 2013 melakukan pemberian obat cacing
(pencekokan) di salah satu kandang sapi milik usaha kelompok, disaat para
rombongan selesai melakukan pencekokan dikandang sapi tersebut, ada seorang
ibu-ibu lanjut usia, umurnya sekitar 70 tahun ke atas, dari kejauhan ibu
tersebut terlihat berjalan menghampiri rombongan kita, karena ibu tersebut tau
atau mungkin dikasih tau orang lain kalau rombongan kita sedang melakukan
pemberian obat cacing secara gratis, tanpa pikir panjang sebagian dari
rombongan kita yang dipimpin oleh kordinator desanya saudari Erdina, dan teman
saya M. Denny sapto yang juga ditugasi oleh ketua pelaksana : Ganjar Alaydrussani untuk menjadi pendamping,
mendatangi kandang ternak kambing milik ibu-ibu tersebut, pada saat itu saya
memilih untuk melakukan pengambilan foto kegiatan, dan diam bersama rombongan
lainnya dikandang sapi sambil menunggu pemilik kandang sapi yang laiannya.
Dalam pembrian obat cacing tersebut
ada aturan main dan aturan pakainya, yakni : tidak boleh diberikan kepada hewan
bunting atau sedang menyusui, tidak boleh diberikan kepada ternak dibawah umur
satu tahun. Sebelum melakukan pencekokan
rombongan tersebut ada yang bertanya kepada sang pemilik apakah hewan tersebut
sedang bunting atau sedang menyusui…?? Sang pemilik menjawab “tidak kok” cekok
aja semua kambingnya, mungkin sang pemilik berpikir supaya ternaknya
sehat-sehat dan gemuk. Dengan instruksi dari sang pemilik dan dari hasil
wawancara “wakil rombongan”, maka semua ternak kambing diberikan obat cacing,
kemudian setelah beres rombongan tersebut kembali ke kandang sapi, karena saat
itu pemilik kandang sapi mengajak berdiskusi kecil, terkait ternak sapi.
Tak lama berselang sekitar 15 menit
kemudian sang pemilik teriak-teriak memanggil kita, “mba, mba mba kambingnya
jadi kejang-kejang” sambil lari panik M.Denny dan sebagian rombongan berlari ke
kandang kambing sang pemilik untuk mengecek keadaan kambingnya tersebut, dan
sekali lagi saya memilih diam sambil memaikan kamera, karena saya menganggap
“ah palingan dosisnya kelebihan atau mungkin keracunan dari makanan”, ga
apa-apa itu hanya reaksi sesaat, dan ditambah lagi waktu saat itu saya memang
sedikit malas untuk bergerak, dan saya percaya kepada M.Denny karena
pengalamannya sudah banyak.
Setelah beberapa saat terlihat sang
pemilik lari-lari, saya bertanya kepada peserta rombongan, “kenapa si ibunya”,
kata salah seorang peserta “ibunya mau nayri air kelapa buat si kambing”,
setelah itu saya datang ke kandang kambing tersebut, saya lihat kambingnya
tidak apa-apa karena si kambing masih mau makan hanya memang sambil duduk,
seraya melihat kondisi kambing tersebut saya bicara kepada M.Denny dan peserta
“ah ini mah ga apa-apa, kasih aja air kelapa sama susu” untuk menetralisir
racunnnya. Salah seorang peserta pun
dengan cekatan segera bergegas untuk
membeli susu, lalu susu tersebut diberikan ke kambing dengan cara susu
dismasukan melalui mulut menggunakan syring 20ml lalu mulutnya diguyur dengan
air kelapa. Tak lama kemudia si kambing pun berjalan kembali dan makan kembali,
lalu rombongan sebagian pergi menuju tempat istirahat, sekitar 10 menit
kemudian sang pemilik memanggil-manggil lagi, “kambingnya kejang lagi”, dari
sana mulai terjadi ketegangan terutama para peserta, langsung saat itu saya
menelpon Pembina Prof. Dr. drh Agik suprayogi MSc, AFI. untuk menanyakan solusinya, setelah saya
ceritakan kronologinya beliau menjawab“ah insyaallah tidak apa-apa itu hanya
shock saja” coba kamu cek frekuensi jantungnya, nafasnya, dan suhu tubuhnya
lalu berikan arang aktif,”, dan memang nanti ada apa-apa kambingnya beli saja
sebagai ganti rugi,” sehabis percakapan dengan pembinapun saya mencoba
melaporkan kejadian tersebut dan menceritakan kronologinya kepada ketua
pelaksana (Ganjar Alaydrussani), dan tanggapan ketuapun mengiyakan “kalau ada
apa-apa dengan kambingnya akan diganti 100%”, acara meminta saran dan pelaporan
selesai dengan segera lalu saya meminta tolong salah satu peserta untuk membeli
arang aktif, sesuai instruksi dari Pembina kita memberikan arang aktif
tersebut, arang aktif tersebut juga berfungsi untuk menetralisir racun-racun
yang ada dalam tubuh, setelah diberikan
arang aktif kambing tersebut kembali lagi berjalan dan makan, kemudian saya
menyuruh dan meminta tolong kordes untuk berbicara kepada sang pemilik
menggunakan bahasa jawa “saat itu saya memang tidak bisa berbahasa jawa” kalau
ada apa-apa atau kambingnya mati kita akan menggantinya 100%.
Sang pemilik baru menceritakan
kalau kambingnya 3 minggu yang lalu baru melahirkan namun semua anaknya mati,
jadi secara normal kambing tersebut masih berada dalam masa menyusui
anak-anaknya, ditambah lagi kondisi kambing tersebut memang tidak sehat,
kambing tersebut mengalami ketidak normalan pada salah satu ambingnya, kami
memperkirakan kalau itu adalah sebuah tumor dan umur kambing tersebut sudah
sangat tua, yaitu brumur 4 tahun.
Acara pencekokan dengan tragedi
kejangnya kambing sang warga pun selesai, semua rombongan kembali dimobilisasi
ke basecamp. Sembari menunggu saudara
Ganjar dan Bagus (salah satu tim yang menjadi pembimbing), saya dan M.Denny
istirahat dan mencari makan dahulu karena waktu itu sudah siang dan hampir
menuju sore. Setalah mereka datang kita
pun menceritakan semua kronologinya, dan ternyata pasca saya melaporkan
kejadian kejangnya kambing warga tersebut membuat panik bagus dan ganjar yang
memang pada waktu yang bersamaan mereka juga sedang melakukan pencekokan di
desa yang lain.
Waktu pun telah sore kami berempat
pun pulang menuju rumahnya ganjar, karena kita berempat semua sudah kelaparan jadi kita putuskan setelah shalat
magrib untuk makan dirumah makan garang asam sari rasa, yang memang merupakan
salah satu makanan khas kota kudus.
Setelah makan beres kita melanjutkan perjalanan pulang ke rumah ganjar,
selama perjalanan ke rumah, kita berempat membicarakan tentang kambing
tersebut, sampai pada suatu ketika saya bertanya kepada ganjar “jar pejah
artinya apaan?,” karena memang itu bahasa jawa, dan ganjar dengan denny sedang
membahas “pejah”, kata ganjar artinya “mati”, saya Cuma bergurau dengan kata
pejah, karena saya yakin kambing tadi tidak akan mati.
Sekitar 5 menit setelah saya
menanyakan tentang arti dari kata pejah, sang kordes desa bulungkulon menelpon,
“mas kembing yang tadi mati”, tadi saya dikasih tau oleh pak kadus, dan pak
kadus meminta pertanggungjawaban kita”, ganjar hanya menjawab “ya sudah kita
bayar kambingnya”. Begitu sampai rumah
ganjar kita langsung kembali lagi ke desa bulungkulon, kita sampai rumah hanya
mengganti kendaraan saja, akhirnya kita menggunakan motor. Sekitar 15 menit kita sampai di TKP “karena
bawa motornya ngebut”, langsung kita semua (pembimbing lapangan, dan rombongan
peserta) mendatangi rumah pak kadus, dan disana menjadi tempat pertemuan antara
kita dengan sang pemilik, setelah terjadi percakapan yang cukup panjang baik
dengan pak kadus dan sang pemilik, ternyata kambing tersebut belum mati, pak
kadus hanya salah informasi, si kambing hanya terlihat lemas saja, namun pada
malam itu saudara ganjar memutuskan untuk membayar kambing tersebut, karena
berpikir takut sampai kambingnya mati itu akan berdampak pada kepercayaan, dan
akhirnya setelah terjadi perdebatan kita langsung mebayar sang kambing naas
tersebut, dan membawa kambing tersebut ke rumah ganjar, semua peserta disuruh
untuk pulang kembali ke basecamp.
Kita (Saya, ganjar, denny, dan
bagus) kembali pulang sambil membawa kambing betina naas. Banyak hal yang saya
lewatkan dalam prolog pengalaman saya tentatang masalah komunikasi tersebut,
intinya keseokan harinya kambing tersebut kejang-kejang kembali hampir sudah
tidak bernafas, sampai akhirnya kambing tersebut tewas di tangan sang jagal
jadi-jadian, dan setelah dibuka organ dalamnya memang sudah mengalami kerusakan
parah hati, jantung, lemak, usus nya sudah rusak “dalam hal ini saya tidak
menggunakan istilah kedokteran hewan biar mudah di mengerti, jadi saya gunakan
istilah “rusak saja”, dalam lambungnya pun terdapat plastic dan raffia karena
si kambing ini ternyata makannya sembarangan.
Dari cerita dan prolog pengalaman
tersebut yang ngaler-ngidul alias ga karuan saya dapat mengambil kesimpulan “
betapa pentingnya kita sebagai kaum intelek untuk berkomunikasi dengan baik,
dan mengetahui latar budaya, adat istiadat dari lawan komunikasi kita. Kita harus bisa memilih kata-kata umum yang
mudah dimengerti oleh khalayak banyak terutama masyarakat awam, yang memang
tidak mempunyai latar pendidikan seperti mahasiswa, isitilah-istilah ilmiah
yang biasa digunakan dikampus atau di bangku kuliah yang kita anggap keren, itu
sebaiknya tidak digunakan saat berkomunikasi denga kaum awam karena tidak
bermanfaat, dalam artian pemahaman untuk kata-kata tersebut, bisa dikatakan
asing untuk mereka, kita dapat menggunakan istilah-istilah asing apabila lawan
kita “sepadan” misalkan sesama mahasiswa.
Selama di bangku kuliah mungkin kita tidak pernah diajarkan bagaimana
cara berkomunikasi dilapangan, dan bagaiamana pemilihan kata-kata nya yang
dapat dicerna oleh kaum awam, kalaupun pernah itu hanya berapa persen, dan saya
yakin tidak lebih dari 5%, betapa jauhnya antara ilmu yang di dapat selama di
bangku kuliah, denga aplikasinya dilapangan.
Setelah saya mengikuti IGTF ini saya memiliki pengalaman ternyata “cukup
dengan istilah yang sangat sederhana saja masyarakat dapat mencerna apa yang
kita sampaikan” betapa pentingnya kita menyederhanakan kata-kata ilmiah menjadi
kata-kata yang ringan dan mudah dicerna oleh semua orang sebagai modal kita
berkomunikasi dengan masyarakat dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah kita
peroleh di bangku kuliah, dan istilah tersebut saya sebut dengan “metode
yang tidak tertulis dalam literature”
Kesalah fatal dalam tragedy
tersebut adalah komunikasi yang kurang anatara mahasiswa dengan sang pemilik
kambing. Mahasiswa Hanya tidak menanyakan “kapan terakhir kambing ini bunting
dan menyusui..?”, itulah hal sepele yang bisa membuat kefatalan. Secara umum
dari tragedy ini saya bisa memetik 2 hal pokok mendasar yang harus kita miliki
sebagai mahasiswa yaitu : 1 kemampuan berkomunikasi dengan orang yang berbeda
latar serta kemampuan dalam mengubah atau mencari kata-kata yang sepadan dengan
kata-kata ilmiah menjadi kata-kata yang ringan dan dimengerti banyak orang, ke
2 pentingnya memperhatikan hal-hal kecil, dan jangan pernah menyepelekan
hal-hal kecil tersebut.
BERSAMBUNG KE IGTF
CHAPTER V………………………………….
OLAHRAGA FISIK DAN MENTAL
PENDAKIAN GUNUNG MERBABU (3142 mdpl)
Ini kali pertamanya saya mendaki
gunung di daerah Jawa Tengah, ketika itu ide untuk melakukan peendakian gunung
merbabu muncul ketika saya dan tim saya (Irwan, Fauzi, Fardi, Andi, Candra,
Bastyan, dan Widigdo), kala itu salah satu dari mereka (Candra) mengenakan
Carrier Bag dan ada gantungan kuncinya yang bertuliskan rute peta pendakian
gunung merbabu, kemudian saya menanyakan padanya, “bagus ga gunung merbabu
pemandanganya?, gimana dengan tracknya?”, denga ringan si Candra menjawabnya
“gampang kok bang tracknya, view nya juga bagus” dengan spontan saya pun
menyahut pernyataanya “wah kapan-kapan bisalah lu ajak gw kesana, hahaha”, dia
pun mengiyakannya.
Sekitar satu bulan pasca pendakian
gunung ciremai (3078 mdpl) yang merupakan gunung tertinggi di daerah Jawa Barat, saya menindaklanjuti rencana
pendakian tersebut dan mengumpulkan kembali anak-anak yang berminat gabung, dan
mengkordinasikannya dengan Candra, yang saya mintai bantuannya untuk menjadi
tour guide pendakian gunung merbabu, anggota pun terkumpul (saya, candra,
bastyan, andi, fardi) dan rencana serta persiapan untuk pendakianpun siap, dan
kita mendapatkan satu anggota baru dari Universitas Gajah Mada yaitu Fandi
kebetulan juga dia sudah 5 kali melakukan pendakian ke gunung merbabu,
lengkaplah sudah rencana dan persiapanpun sudah matang.
Waktu untuk melakukan pendakian pun
tiba, kita brangkat dari Klaten (basecamp), menuju pintu pendakian di Boyolali
kita berenam menggunakan sepeda motor karena cuma itu sarana trasnportasi yang
efektif untuk mencapai tempat tujuan, waktu tempuhnya sekitar 2, 5 jam. Setibanya di pos pendakian pertama kita
mengurusi surat izin masuk (SIMAKSI) Taman Nasional Gunung Merbabu, dan
menitipkan motor ditempat penitipan. Surat izin dan asuransi sudah di dapat,
motor sudah dititipkan, tinggal packing ulang, karena saat itu banyak keperluan
terutama logistic yang dibeli dijaalan jadi belum sempat dipacking secara
benar.
Setelah semua beres, sekitar pukul 10.50 kita
mulaiu melakukan pendakian saat itu cuaca memang cukup tidak bersahabat, agak
mendung dan kabutnya pun lumayan tebal. Sekitar satu jam kemudian kita pun
sampai di pos pertama, kita istirahat untuk melakukan sholat dzhur sekaligus
kita jamak dengan sholat ashar, supaya tidak berabe karena harus gonta-ganti
pakaian sholat. Setelah sholat selesai
kita semua melanjutkan perjalanan, selama perjalanan kita sama sekali tidak
berpapasan dengan pendaki lainnya, baru sekitar di pos 4 kita bertemu dengan
pendaki lainnya. Belum setengah perjalanan kita dicegat oleh hujan yang cukup
lebat, namun saat itu kita memutuskan untuk terus melaju sampai ke pos yang
paling dekat ke puncak, hujan yang begitu deras sehingga menambah berat barang
bawaan karena basah serta dinginya udara yang menusuk tulang tak menurunkan
semangat untuk terus sampai ke puncak. Selama perjalanan walaupun bawaan berat
dan dinginya udara menusuk tulang tetapi kita terus ditemani oleh canda tawa
yang riang, dan sesekali kita pun istirahat sambil menikmati makanan kecil yang
kita bawa untuk sekedar menambah energi.
Medan yang kita lalui tidak seberat saat pndakian
gunung ciremai, medannya relative lebih mudah, dan tipe vegetasi hutannya pun
berbeda lebih di dominasi oleh savana, jalur yang kita lewati naik turun bukit,
pemandanganya pun cukup indah walaupun cuaca sedang buruk, view nya seperti
bukit teletubies, dan sesekali ketika kabut turun puncak gunung merapi pun terlihat,
waktupun tak terasa sudah sore sampai kita di pos terakhir yang paling dekat
dengan puncak, kita pun memutuskan untuk mendirikan tenda dan istirahat disana,
saat kita mendirikan tenda hujan mulai reda, namun cuaca dingin tetap
menyelimuti kebersamaan kita, sambil mendirikan tenda, beberapa anak
mempersiapkan peralatan untuk memasak, dan memasak makanan secukpnya ala
pendaki, yang penting layak dimakan dan mampu menambah energi.
Perut pun terisi dengan penuh tinggal melaksanakan
sholat magrib sama isya, lalu istirahat karena dini hari masih haru bangun
untuk melanjutkan perjalanan ke puncak, selama kita istirahat hujan kembali
mengguyur tenda kita, sampai ada beberapa titik dari tenda kita bocoar sehingga
memaksa salah satu dari kita untuk keluar membetulkan bagian yang bocor setelah
semua itu beres kita pun mulai tidur walaupun berdesak-desakan, karena tenda
yang harusnya diisi oleh 5 orang kita isi 6 orang, tapi itu semua tetap
menjadikan kita untuk saling berbagi, hingga sampai pada saat malam hari kita
semua serentak terbangun karena udara di dalam tenda sangat sedikit sehingga
kita susah bernafas dan akhirnya pintu tendapun kita buka sampai waktu kita
melanjutkan perjalanan ke puncak, perjalanan ke puncak baru kita lakukan
setelah menunaikan sholat subuh, perjalanan yang kita tempuh untuk sampai
puncak dari tempat kita mendirikan tenda waktunya kurang lebih 1,5 jam. Kegelapan pun mulai pergi, namun sang surya
belum Nampak juga karena terhalangi oleh kabut yang sangat tebal, sampai puncak
pun kita tidak dapat menikmati sangsurya terbit, yang terlihat hanya seberkas
cahaya saja yang terhalangi oleh kabut tebal.
Namun semua itu tetap kita sukuri,
karena berkesempatan bisa melakukan pendakian ke gunung merbabu, sang surya
yang tak kunjung datang menghangatkan, namu kehangatan dalam kebersamaan masih
kita dapatkan, kebersamaan yang didapatkan melakukan pendakian gunung berbeda
dengan kebersamaan yang didapatkan dari kegiatan lainnya, karena mempunyai
cirri khas yang berbeda. Melakukan pendakian gunung ibarat kita hendak mencapai
tujuan yang kita targetkan semakin besar tujuan yang hendak kita capai maka
ujian ataupun tantangannya pun semakin besar, begitupun naik gunung, semakin
berat tantangannya maka akan semakin terasa sensasi kepuasannya terutama
setelah sampai puncaknya. Namun saat
perjalanan pulang cuacanya cukup bersahabat sehingga kita masih bisa menikmati
keindahan gunung merbabu, walaupun kita tidak bisa melihat gunung kember
sindoro-sumbing dari puncak merbabu, namun kita masih bisa melihat indahnya
bukit-bukit hijau seperti bukit teletubies
Samapai jumpa dikisah pendakian
gunung selanjutnya, semoga kisah saya sedikit memberikan gambaran tentang
keadaan gunung merbabu, dan semoga kisah ini bermanfaat.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Total Pageviews
Labels
GUNUNG
(30)
idealisme
(10)
VETERINER
(9)
TRAVELLING
(7)
CATATAN HARIAN CO-ASS
(5)
DREAMS
(5)
KULINER
(5)
PANTAI
(4)
TAMAN NASIONAL
(3)
SUNGAI
(1)
Popular Posts
- JALUR PENDAKIAN GUNUNG GEDE VIA GUNUNG PUTRI
- ARTI SEBUAH PERJALANAN MENUJU PUNCAK GUNUNG
- RUTE MENUJU PULAU SEMPU DARI STASIUN KOTA BARU MALANG
- JALUR PENDAKIAN GUNUNG GUNTUR
- PENDAKIAN GUNUNG CIKURAY 2818 MDPL
- PUNCAK GUNUNG PANGRANGO 3019 MDPL
- BUKIT SIKUNIR
- GUNUNG PRAU
- PENDAKIAN ATAP DAN TANAH TERTINGGI PULAU JAWA (MAHAMERU 3676MDPL)
- CATATAN PENGALAMAN DAN TRIK MENUJU ATAP TANAH JAWA (MAHAMERU 3676mdpl)
Followers
Blogger news
Irwan Manshur Ahmad. Powered by Blogger.