#Puncak Gunung Gede |
#Lembah Surya Kencana |
Pagi
itu sangsurya belum menampakan kegagahanya, diantara sejukanya alam pegunungan
seluas mata memandang, terdengar derap langkah kaki-kaki para pemuda-pemudi,
sesekali diselingi dengan gelak tawa hangatnya kebersamaan, sembari istirahat
dan menunggu sangsurya naik, sejenak kita mengambil nafas sembari menikmati
sebungkus nasi dengan lauk secukupnya untuk mengisi tenaga sebelum melanjutkan
perjalanan yang cukup berat ke tempat dimana lambang keabadian cinta berada.
Hangatnya kebersamaan sangat terasa dibalut dalam sebuah perbedaan yang kontras
namun di payungi oleh jiwa pemersatu yang jelas, umur, budaya, suku, agama
tidak menghalangi kebersamaan kita, canda tawa mengiringi disetiap langkah kaki
yang kita langkahkan, disini kita ditempa tentang arti kebersamaan, disini juga
kita disuguhi oleh nyanyian alam, disinilah kita bisa jauh mengenal dan melihat
karakter sahabat kita yang belum pernah terlihat sebelumnya. Perjalanan ini
bukan hanya sekedar refereshing, tapi juga tentang ketenangan hati, perjalanan
ini bukan hanya sekedar kekuatan fisik namun juga tentang kekuatan mental,
perjalanan ini bukan hanya sekedar tempat lambang keabadian cinta, namun juga
tentang sebuah keabadian saling menghargai. Tak bisa dipungkiri alam memang
memberikan inspirasi terbaik bagi setiap penikmatnya, disetiap hembusan nafas
dan disetiap alunan denyut nadi yang kita rasakan begitu menentramkan jiwa,
kesejukanya mampu menumbuhkan benih-benih baru tak terkecuali benih-benih
cinta, baik yang sebelumnya belum tumbuh, maupun yang sebelumnya sudah tumbuh
namun masih tersamarkan oleh rasa gengsi, ego dan perbedaan. Alam membuka mata
kita tentang sebuah arti cinta. Cinta bagaikan alam, apabila alam dirawat dan
dijaga secara baik dan bijak maka keberlangsunganya akan bertahan lama dan
memberikan manfaat yang sangat luar biasa, namun jika kita tidak menjaga
kelestarianya maka alam pun akan menjawab perlakuan kita terhadapnya. Begitupun
dengan sebuah cinta perlu kita rawat dan kita jaga jangan sampai cinta tersebut
berubah menjadi malapetaka. Cinta bisa dilambangkan dengan “madu” dan
malapetakanya bisa kita lambangkan dengan “kesengsaraan”. pagi itu kita memang melakukan sebuah pendakian ke
salah satu gunung favorit para pendaki yang ada dikawasan jawa barat, gunung
tersebut bernama gunung gede yang terkenal menyimpan keidahan alam yang luar
biasa disana juga terdapat sebuah lembah yang sangat luas, dilembah itulah pula
terdapat sebuah bunga perlambang keabadian cinta, disanalah pula kita merasakan
indahnya kebersamaan. Kita bukan pemuda-pemudi pecinta alam, kita bukanlah
pemuda-pemudi pendaki professional, kita hanyalah pemuda-pemudi yang sedang
membangun kebersamaan diatas segala perbedaan yang ada. Letih, lesu, dan terkadang
putus asa pun mendera kita dan mampu melumpuhkan mental juara kita, disinilah
kita diuji tentang kemampuan mengontrol pikiran, karena pikiran menjadi kunci
utama keberhasilan dalam sebuah pendakian, suasana inilah pula akan mampu
mengasah kepekaan hati kita terhadap sesama. Peluh yang bercucuran dari tubuh tidak bisa
dielakan, dan istirahat sejenak pun tidak bisa dielakan lagi, disela-sela
istirhat untuk mengambil nafas dan mengumpulkan kembali tenaga, dengan
spontanitas berbagi cerita pun muncul, tak terkecuali hal yang bersifat
privasi. Kala itu perjalanan pun tak terasa sudah lama, disini mulai terlihat
berbagai kemampuan dan karakter dari masing-masing individu. Malam pun
menghampiri kita, dekapan kabut dingin lembah suryakencana menyelimuti, dibawah
langit yang berbintang, diantara kerumunan tenda-tenda para pendaki, diantara
nyanyian angin, dan diantara berwarnanya perasaan, tak banyak yang tau disana
tumbuh benih-benih cinta diantara dua sejoli, memang alam atau gunung merupakan
salah satu tempat yang tidak bisa dipungkiri dimana benih cinta bisa tumbuh,
walaupun masih tersamarkan layaknya pandangan kita yang disamarkan oleh kabut
namun perlahan tapi pasti jalan menuju cinta tersebut mulai terlihat dengan
jelas. Canda tawa, sandaran manja, dan panggilan perhatian pun tidak bisa
diluputkan lagi dari penglihatan dan pendengaran. Namun tanda-tanda tersebut
terkadang bisa disirnakan oleh perbedaan yang susah untuk disatukan dan pikiran
ke arah yang lebih lanjut hanya bisa berhenti di jalur perbedaan dan bisa
dilupakan dengan mudah.namun terkadang perbedaan itu bukanlah suatu masalah
besar ataupun benteng pertahanan yang harus kita lewati dengan susah payah
ketika dua hati yang berbeda memutuskan untuk saling menitipkan persaan dan
belahan jiwanya. Karena hakekatnya cinta dan aksih saying sepasang kekasih
berasal dari dua hati yang berbeda, dua jenis kelamin yang berbeda, kelurga
yang berbeda, serta ayah dan ibu yang berbeda
Disetiap
jalanan yang berliku, dan disetiap langkah kaki yang mungil menumpu
Rimbunnya
hutanmu, merdunya nyanyian alammu
Terjalnya
jalanan menuju bunga abadi
Dibawah
langit yang berawan nan diselipi bintang
Di
Malam yang gelap, diterangi sorot lampu
Diselimuti
kabut yang menusuk kulit
Diantara
keindahan hamparan indahnya eidelweis
Diantara
cengkrama hangatnya kebersamaan
Hangatnya
secangkir coklat dietemani kesedarhanaan dan rasa syukur
Tumbuhnya
benih cinta tak bisa dielakan lagi
puncakmu
(gede) bisa dicapai, catikmu (eidelweis) bisa kucium
seramah
rayuanmu, semanis coklat vanilla
sehangat
senyumanmu sekuat tekadmu, keyakinanku mulai tumbuh
nyanyian
aliran sungai mengingtkanku akan terikanmu
panjangnya
jembatan cinta gede-pangrango
mengingtkanku
akan panjangnya cerita yang kita lalui
setelah
kita lalui bersama di puncakmu gede, dilembahmu suryakencana
hatiku
telah menentukan pilihan, perasaanku telah memilih
mataku
telah tertuju pada satu titik
jiwa
ragaku telah siap menjaga
lidah
dan mulutku tak bisa lagi berucap selain
mengatakan
aku
mencintaimu dengan seganap jiwa dan ragaku.
Gunung
Gede 10-11 April 2014
TERUNTUK KEDUA SAHABAT
0 komentar:
Post a Comment