Setelah hampir dua setengah tahun impian untuk
menapaki tanah tertinggi sekaligus atap tanah jawa akhirnya terkabul juga pada
tahun ini tepatnya pada tanggal 16-18 agustus 2013, rencana ini sudah saya
sipkan jauh-jauh hari mulai dari peralatan pribadi, peralatan tim, info-info
mengenai jalur dan medan pendakian, sarana transportasi menuju titik awal
pendakian, sampe tiket kereta pergi-pulang malang pun dibeli sebulan sebelum
kebersngkatan sebagai antisipasi kehabisan tiket.
Pada tanggal 13 agustus 2013 saya berangkat menuju
malang menggunakan kereta api matarmaja bersama teman saya smita, perjalanan
menuju malang sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 18 jam, kesokan harinya
tanggal 14 agustus 2013 saya dan smita baru sampai. Selama di malang sambil menunggu teman saya
yang dari banyuwangi (novia), dan dari
klaten (Candara dan ilham), saya mendapat tumpangan menginap gratis di
kontrakan teman saya di malang. Total anggota yang ikut mendaki seluruhnya
delapan orang yaitu saya sendiri, Candra, ilham, smita, novia, danang, balqis,
dan mas sholeh (3 orang terakhir orang malang semua), awalnya kita akan mendaki
tanggal 15 dan berniat mengikuti upacara kemerdekaan pada tanggal 17 agustusnya
di puncak mahameru, namun dikarenakan pada tanggal 17 agustus yang boleh ke
puncak dibatasi karena saking banyaknya pendaki yang mencapai 3050 pendaki, jadi
kita memutuskan mengundur tanggal pendakian menjadi tanggal 16, dan ke puncak
tanggal 18 nya.
Sampai pada waktunya tiba (16-08-2013), pukul 05.50
wib saya bersama rombongan akhirnya berangkat juga, kita berangkat dari daerah
kedawung (basecamp), menuju pasar tumpang menggunakan angkot, kemudian dari
pasar tumpang menuju desa ranupani (titik awal pendakian) kita menggunakan
jeep. Perjalanan dipagi hari yang cerah pun dimulai, rasanya benar-benar luar
biasa terasa banget petualangannya, badan terasa bergetar semua karena kagum
oleh suguhan pemandangan alam yang begitu indah. Dalam perjalanan kita melewati beberapa titik
objek wisata di kawasan taman nasional bromo tengger semeru (kawasan letak
gunung semeru), salah satunya air terjun coban pelangi, arena rafting, ditengah
jalan persimpangan menuju desa ranupani dan arah menuju bromo kita berhenti
sejenak untuk melihat sebagian dari pemandangan gunung bromo yang menakjubkan,
kita pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan mengambil bebrapa foto, setelah
beres kita melanjutkan perjalanan menuju ranupani suapaya lebih cepat sampai
untuk mengurusi suran izin masuk untuk pendakian ke gunung semeru, rasa
ketakutan muncul karena takut tidak kebagian quota karena yang hendak mendaki
sangat banyak.
Setelah 2 jam perjalanan mengunakan jeep akhirnya
kita sampai juga di desa arnupani, tanpa membuang waktu kita langsung menuju
pos perizinan masuk. Ternyata beneran yang sedang ngurusi surat perizinan masuk
sangat banyak kita baru kelar ngurusi surat perizinan sejam kemudian, setelah
beres lalu kita mencari warung, untuk mengisi perut sebelum memulai pendakian,
tepat pukul 11.00 wib kita mulai melakukan perjalanan ke ranukumbolo tempat camping
malam pertama kita. Ranukumbolo
merupakan salah satu surganya gunung semeru, disini terdapat danau seluas 15
ha, danau ini terletak di ketinggian 2400 mdpl, keindahannya sungguh buakan
main, benar-benar surganya gunung semeru, dan perlu diingat suhu disini berkisar
antara -5ºC sampai -20ºC, dinginya bukan main. Sesampai kita disana, kita
sangat kaget karena melihat betapa banyaknya tenda yang berdiri disana,
sampai-sampai susah mencari lahan untuk mendirikan tenda. Waktu malam tiba suasana di ranukumbolo bagaikan
sebuah perhotelan di kawasan pantai, karena begitu ramainya, sampai- sampai ada
kejadian saling menyorotkan senter dari satu sudut ke sudut lain sehingga
terlihat seperti lampu-lampu disko, dan ada satu lagi yang ga kalah gokil yaitu
ada yang menyalakan kemabang api, ada juga yang membawa speaker portable
menyalakan music dengan volume cukup keras, lengkaplah sudah pengalaman mendaki
yang suasananya seperti acara tahun baruan dikawsan pantai.
Jam 20.00wib kita putuskan untuk istirahat lebih awal
supaya bisa melanjutkan perjalanan menuju kalimati (tempat camping ke dua)
lebih awal, pukul 04.00 wib (17-08-2013), kita sudah terbangun disaat yang lain
masih tertidur. Kita langsung siap2
memberskan tenda, sebagian ada yang masak untuk mengisi perut, sebagian giliran
sholat subuh (pada waktunya), setelah semua beres, perut terisi, tepat pukul
07.20 kita melanjutkan perjalanan menuju kalimati, sebenarnya di ranukumbolo
siangnya ada acara upacara pengibaran bendera merah putih, namun niat kita
sudah bulat yang ingin kita tuju bukanlah upacara bendera melainkan puncak
mahameru, didepan mata telah menanti sebuah tanjakan yang biasa disebut ”tanjakan
cinta” karena bentuknya berada di bukit yang menyerupai bentuk/lambang “cinta”
setelah kita melewati tanjakan cinta, kita disuguhi dengan pemandangan oro-oro
ombo dan dari sini mulai terlihat puncak mahameru. Di oro-oro ombo terdapat padang lavender yang
begitu indah, lavender ini biasanya mekar pada kisaran bulan mei-juni, jadi kita
tidak bisa melihat keindahan lavender saat mekar, disini pun kita berhenti
cukup lama, untuk mengambil foto-foto, setelah mengambil beberapa foto kita
melanjutkan perjalanan, mulai dari cemoro kandang jalannya sudah agak menanjak,
perjalanan dari ranukumbolo menuju kali mati lamnya sekitar 3-4 jam (tergantung
banyak istirahat, lebar langkah, dan tergantung bawaan yang kita bawa). Di
daerah sekitar sbelum pos jambangan puncak mahameru begitu jelas, lalu saya
memndang lurus ke depan menatapi puncaknya, sembari berdoa “ya Allah izinkan
saya bersama teman-teman hamba berada dipuncak sana, untuk menikmati dan
melihat keagungan ciptaan-MU”.
Sesampainya di kalimati kita bertemu dengan
rombongan jagawana, ranger,TNI, dan kopasus yang berjaga-jaga dikawasan
kalimati untuk menghalangi para pendaki yang nekad hendak menerobos ke puncak,
lalu kami bertanya, apakah nanti malam (18-08-2013), dan ternyata sudah
dibolehkan sampai ke puncak, lalu kami pun menanyakan lahan di kawsan arcopodo
(tempat camping terkhir sebelum puncak), sudah penuh apa belum, dan ternyata
kata para ranger belum penuh, dari situ kita merubah rencana, yang awalnya kita
hendak bermalam kedua di kalimati, kita putuskan untuk bermalam di arcopodo,
supaya kita bisa lebih dekat menjangkau ke puncak, perjalanan menuju arcopodo
dari kalimati apabila membawa perlengkapan yang banyak waktunya krang lebih 2
jam, lalu saya dan mas sholeh memutuskan kita berdua yang berangkat duluan
kesana, supaya kita bisa ngebut ke arcopodo, saya menurunkan sedikit bawaan
saya dan meminta tolong candra untuk membawanya, kebetulan saat itu juga yang
lainnya sedang menunggu smita yang hendak pergi sesaat entah kemana, di
arcopodo sendiri lahan untuk mendirikan tenda sangat sempit jadi siapa yang
dapat dia dapat, jalanan dari kalimati menuju arcopodo benar-benar nanjak tanpa
bonus sedikitpun ditambah lagi jalan yang sempit serta berdebu cukup menguras
energy apalagi kalau ditambah dengan tas kerirr yang berat, 1 jam 15 menit
kemudian kita sampai di arcopodo, dan langsung kita berdua mencari lahan yang
strategis untuk mendirikan tenda, anak-anak
(smita,novia,balqis,candra,ilham,dan danang), sampainya agak lama, 2,5 jam
setelah kita sampai ke arcopodo mereka baru sampai, karena ternyata
diperjalanan ada sedikit masalah, dan ada beberapa anak juga yang sudah
kelelahan, dan mungkin sudah patah semangat.
Setelah semua sampai sekita pukul 15.30 anak-anak
saya suruh istirahat, dan saya mencoba untuk membuat air panas untuk menyeduh
susu dan jahe hangat, setelah itu saya memasak nasi untuk anak-anak, ternyata
selama perjalanan dari kalimati menuju arcopodo ada anggota kita yang sudah
kelelahan dan sudah tidak kuat dengan dinginnya udara, ditambah lagi setelah
dia melihat papan in memorian pendaki yang wafat (kebetulan tenda kita tepat di
depan batu in memorian tersebut), dia semakin down mentalnya, dan mulai
kehilangan tekad untuk sampai puncak, karena melihat kondisinya yang sangat
menghawatirkan akhirnya sore itu saya memutuskan untuk tidak ke puncak, cukup
sampai arcopodo saja, karena saya yakin saya akan mendaki ke mahameru untuk
yang kedua kalinya, dan novia pun mengikuti langkah saya untuk memilih menjaga
dia di tenda, sementara itu saya memanggil anak-anak lain (candra, ilham,
danang, dan mas sholeh) ke tenda cwo, dan menceritakan keadaan salah satu
“anggota” kita tidak memungkinkan sampai puncak karena sudah kelelahan, dan
saya bilang ke mereka kalau saya dan novia tidak ke puncak untuk menjaga “dia”,
dan saya menyuruh ke anak-nak lain supaya melanjutkan perjalanan sampai ke
puncak tengah malam, pada awalnya mereka pun tidak tega, karena merasa kurang
“kita berangkat berdelapan, kita harus ke puncak berdelapan, dan kita turun
berdelapan juga” perasaan itulah yang sedikit mengganjal di kita, namun kata-kata terakhir saya untuk mereka, kalau
semua tidak ada yang ke puncak “sia-sia’ sudah perjuangan kita selama ini,
sudah kalian ke puncak biar kita yang menunggu di tenda, hingga akhirnya
keputusan pun disepakati mereka berlima ke puncak, dan kami bertiga jaga dan
menjaga di tenda.
Setelah itu semua anak yang hendak melanjutkan
perjalanan ke puncak dipindahkan ke tenda yang satunya, supaya memudahkan
mobilisasi, setelah semua semua tau (kecuali satu orang), dan setelah semua
makan serta sholat, semua tidur sesuai dengan rencana, saya dan novia tidur di
tenda yang satunya bersama anggota kita yang tidak bisa melanjutkan perjalanan sampai ke puncak, dan
baru sekita pukul 19.00 wib saya dan novia menceritakan semuanya dan rencanana
beserta kesepakatan kita, dia pun terlihat sedih, setelah semuanya kami
ceritakan kami pun beristirahat, namun setelah beberapa jam dia dan kami
terbangun, lalu dia meminta untuk melanjutkan sampai ke puncak, sebisanya saya
mencoba menghalanginya dengan pertimbangan kondisi fisik dan mental dia yang
sudah kelelahan, karena medan dari arcopoodo ke puncak mahameru benar-benar
berat, sangat menguras energy dan mental ditambah udaranya yang sangat dingin,
disana saya “tidak mengizinkan namun tidak melarang” karena posisinya yang
sulit, karena tekad dia untuk sampai puncak begitu kuat akhirnya saya
“mengiyakan permohonannya”.
Setelah itu kita melanjutkan istirahat kita, dan
pukul 23.00 kita bangun untuk melanjutkan perjalanan ke puncak mahameru, dan
ternyata orang-orang yang berangkat menuju puncak dari kalimati sudah banyak
sekali, kita baru mulai perjalanan ke puncak dari arcopodo pukul 00.00wib, baru
sekitar 1 jam perjalanan “dia” mengalami kedinginan hebat lagi, akhirnya saya
pun melepas jaket saya dan memberikannya kepada “dia” dari sana sampai puncak
saya hanya mengenakan kaos dilapisi polar yang sangat tipis, sepanjang
perjalanan “dia” benar-benar kelelahan dan mengalami kedinginan hebat yang tak
henti-henti, kelelahan fisik dan mental pun menghampiri “dia” kembali, namun
tekadnya masih tetap berkobar, selama perjalanan ke puncak saya mencoba terus
berada mendapinginya, sampai sang fajar hampir terlihat dia menyuruh saya untuk
duluan, dan saya putuskan untuk jalan duluan, karena saya yakin dia pasti bisa,
dan walaupun tidak tega, saya berharap kalau dia jalan sendiri ke puncak maka
semangat dan motivasi untuk sampai puncak semakin besar, sekitar pukul 07.00wib
saya sampai di puncak Mahameru, yang sampai duluan Cuma bertiga (Candara,
ilham, dan saya), dipuncak kita bertiga merasa ada yang beda, dan ada yang
kurang walaupun sudah sampai puncak perasaan kita biasa-biasa saja, karena
benar merasa kurang karena tidak bisa sampai puncak bareng, hingga akhirnya
kita mundur lagi ke belakang, ke daerah sekita perbatasan puncak menunggu
mereka, dan satu persatu meraka sampai juga, dan saya sangat kagum kepada teman
saya yang tadinya sudah kelelahan bahkan patah semangat tapi akhirnya dia
menemukan kembali tekada dan semangatnya untuk sampai puncak, ini membuktukan
bahwa dalam mendaki tidak hanya dibutuhkan otot saja, tapi dibutuhkan bulatan
tekad yang benar-benar kuat seperti teman saya (sebut saja namnya myta), sampai
semua lengkap perasaan senang dan bahagia pun mulai muncul, tanpa menyiakan
ksempatan, kita langsung mengambil foto bersama , dan foto-foto sendiri.
Pendakian arcopodo-puncak mahamru memang benar-benar
tidak hanya membutuhkan energy tapi juga membutuhkan mental yang kuat, karena
jalanan yang kita lalui benar hampir vertical berjalan di atas pasir berbatu
yang bergerak, dan kita harus focus siaga menjaga kemungkinan adanya batu yang
jatuh dari atas, dalam melangkah dan menginjakan kaki harus hati-hati, tidak
boleh terlalu kuat ataupun terlalu lemah, kita melangkahkan kaki selangkah tapi
kita mundur dua langkah, karena pasir yang kita injak terus bergerak, ditambah
antrian orang-orang yang hendak ke puncak banyaknya bukan main, jalanannya
benar-benar ngantri dan macet, karena harus bergilairan, waktu yang sudah kita
gunakan untuk mendaki puncak sudah lama namun jalanan yang kita lalui terasa
tak berubah dan tak bertambah pula, apa lagi saat hari mulai terang, itu
membuat putus asa, seakan-akan kita berjalan ditempat, menoleh ke bellakang
jauh, meririk ke puncak terlihat sangat jauh, dan pada psosisi itu saya
benar-benar merasakan patah semangat dan nyaris saya tidak melanjutkan
perjalanan sampai puncak, namun ketika saya
berhenti sejenak ada seseorang (pendaki juga), bicara pada temannnya “lu
mau sampai ke puncak ga? Kalau mau sampai ke puncak udah jangan buang-buang
waktu, lanjutkan perjalanan jangan sampai buang waktu dan buang uang” waktunya
sebentar lagi (karena antara pukul 09.00-10.00 semua pendaki sudah harus turun,
untuk menghindari gas beracun yang keluar dari kawah mahameru)”, perkataan itu
membakar semangat saya, dan saya segera bergegas ke puncak, satu lagi masalah
yang saya hadapi saat itu adalah kehabisan air, tenggorakn rasanya benar-benar
kering dan sakit, bibir pun tak mau ketinggalan turun pecah-pecah dan sakit
sekali terasa. Mungkin yang saya rasakan
juga sebagian dirasakan oleh teman-teman saya, namun kita semua mampu
melewatinya, tekada dan kemauan keras mampu mengalahkan itu semua.
Pemandangan dipuncak
mahameru bukanlah main indahnya, dan bukanlah Cuma cerita belaka, jadi
sudah wajar gunung semeru dengan puncaknya mahameru menjadi salah satu gunung
terindah di Indonesia sekaligus merupakan gunung favorit juga dikalangan para
pecinta alam khususnya para pendaki gunung.
Kita benar-benar merasakan yang namanya negeri di atas awan, hamparan
awan yang cantik berada di depan mata, selain itu dari sini juga terlihat
bentangan garis pantai selatan kabupaten malang, dari sini pun terlihat pulau
sempu, tak hanya itu saja puncak mahameru menyajikan pemandangan puncak-puncak
gunung disekitarnya seperti gunung bromo, gunung arjuno,gunung welirang, gunung putrid tidur, gunung kawi,
gunung anjasmoro, bahkan gunung lawu pun bisa terlihat, pengorbanan kami pun terbayar lunas oleh
pemandangan yang sangat luar biasa indahnya, sungguh saya pun sangat ingin
merasakan pendakian mahameru untuk yang kedua kalinya, dan satu hal yang sangat
membuat hati saya lega, saya akhirnya bisa mengucapkan “terimaksih kakek(alm)
untuk doa restumu”. Setelah cukup puas
menikmati keindahan alam mahameru (karena sesungguhnya belum puas), sekitar
pukul 09.20 wib, kita turun dari puncak menuju arcopodo, perbandingan antar
naik dan turun sangatlah kontras, rata-rata rombongan kita sampai puncak
memakan waktu 6 jam, turunnya kita hanya 1 jam, sensasi turunnya seperti
bermain iceskating, kebalikan dari saat kita naik, waktu turun, kita melangkah
satu langkah, maju 4 langkah, jadi perjalanan turunya sangat cepat, sensasi
naik-turunnya benar-benar berkesan dan tak terlupakan, setibanya di arcopodo
kita langsung memakan makan ringan yang bisa dimakan, dan tentunya kita
langsung memburu air minum, setelah beres kita istirahat, packing kembali, dan
tepat sekitar pukul 12.30 kita melanjutkan perjalanan menuju kalimati-ranukumbolo,
dan perjalanan turunya pun cukup singkat sekitar pukul 16.00wib kita sudah
sampai di oro-oro ombo, karena masih betah dengan suasana oro-oro ombo kita pun
istirahat disini sekalian untuk sholat dzuhur sama ashar bergiliran, tak hanya
istirahat disini kita berfoto-foto narsis terutama para cwo, malah lebih narsis
dari para cwe.
Pukul 17.00wib kita melanjutkan perjalanan turun,
diranukumbolo kita singgah sebentar untuk mengambil air, lalu melanjutkan
perjalanan, karena waktu sudah semakin sore kita memutuskan untuk sholat magrib
di ranupani saja di jamak dengan isya, kita memperkirakan pukul 20.00wib kita
sudah sampai diranupani, namun kehendak berkata lain, ditengah perjalanan
menuju ranupani ternyata salah Candra mengalami maagh, dan perjalanan pun sempat
terhenti lama, sampai pada candra mengalami muntah-muntah, dan anak-anak yang
lain memutuskan untuk rehat dahulu memasak air hangat untuknya, smita dan novia
bergegas memasak air, dan balqis mencoba membrikan obat dan mengurutnya, saat
itu anak-anak cwe sampai mencegat rombongan yang hendak turun juga mereka
menanyakan “barang kali masih punya makanan” (karena stock konsumsi kita saat
itu tinggal mie, beras, dan sarden) dan akhirnya ada yang masih punya juga,
ssembari menunggu anak-anak cwe masak air, saya malah ikut ngedrop, saya
terkena hipotermi, mungkin karena aktivitas tubuh saya menurun karena dua hari
saya tidak makan nasi ditambah lagi saya sangat kurang minum, sehingga
metabolisme menurun, dan suhu tubuh pun ikut hilang, beruntunglah disaat saya hipotermi ada
rombongan yang hendak turun juga (mereka pecinta alam senior) menolong kita,
dan membawakan tas kerrir saya bersama kerrir candra, selama perjalanan yang
saya rasakan benar-benar dingin hebat, yang membuat saya tetap kuat adalah saya
malu dengan anak-anak cwe jangan sampai saya ambruk ditengah jalan, karena saya
yang mengajak mereka dan saya juga yang seharusnya menjadi leader yang lebih
kuat, dan satu alas an yang tak kalah koplak saya harus sampai ranupani
secepatnya biar bisa makan sepuasnya, selama perjalanan semua anggota rombongan
saya benar-benar sudah kelelahan dan ngantuk bukan main, sampai kita berjalan
pun sambil merem melek, namun utnuknya pertolongan Tuahanlah yang membentu kita
sampai bawah, jalanan benar-benar terasa tak berujung dan semua merasakan hal
yang sama, namun pada akhirnya kita sampai juga diranupani, sesampainya disana
ternyata warung makan sudah pada tutup, maklum kita tiba diranupani pukul
00,30wib, stibanya diranupani hipotermi saya semakin bertambah sampai lalu anak-anak
membungkus saya dengan sleeping bag dan jaket double, sebelum saya mencoba
untuk tidur saya makan seadanya (anak-anak mondar mandir mencari makan samapi
ketuk pinti ruamah warga) baru keesokan harinya saya merasa baikan.
Setelah saya bangun dan sholat, kemudian saya pergi
ke rumah makan bersama anak-anak untuk makan, dan berjemur, kemudian balqis
pergi ke pos untuk melapor kalau rombongan kita sudah turun semua dengan
selamat, pukul 09.00wib kita melanjutkan kembali perjalanan menuju pasar
tumpang menggunkan jeep, tadainya kita mau singgah ke bromo dahulu namun
ternyata kita harus menambah bayrannya untuk jeep, Karen kita tidak ada yang
membawa uang lebih akhirnya kita tidak jadi mampir ke bromo, dan akhirnya kita
putuskan untuk mampir ke rumahnya balqis sebelum menuju ke basecamp kita
nyimpen barang, dan baru sore harinya kita pulang ke basecamp dari rumah balqis,
perjalanan ditutup dengan suka cita dan rasa sukur karena bisa menginjakan kaki
ditanah tertinggi sekaligus atapnya tanah pulau jawa, puncaknya paradewa
(begitulah legenda mengatakan), mahameru 3676mdpl.
0 komentar:
Post a Comment