Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

ANTARA SERIUS DAN SANTAI

  • Friday, August 22, 2014
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:



  • Bagaikan pedang yang memiliki dua mata, satu sisi bisa menyelamatkan dan satu sisi bisa membunuh ketika kita tidak pandai dalam memainkanya, layaknya dalam hidup ini selalu ada dua sisi yang berbeda dan selalu memberikan pelajaran yang berbeda, yang dapat memainkan pedang dua mata,dan menuntun dalam menjalani hidup dengan dengan benar, adalah rasa syukur dimana kita mensyukuri atas apa yang kita miliki. Dua masalah klasik yang sering dihadapi seorang mahasiswa adalah antara serius soal akademik atau serius saoal softskill karena dua hal ini merupakan dua sisi yang berbeda, dan hanya segelintir orang saja yang mampu memainkan kedua sisi ini walaupun tak akan maksimal dibandingkan dengan memutuskan untuk menekuni salah satu diantara 2. Suatu ketika saya bertemu dengan seorang kakak kelas dalam sebuah acara gathering dia berceloteh singkat namun pasti “gua nyesel pas kuliah terlalu serius dan ga pernah main, sekarang susah banget nyari waktu buat main kalau sudah kerja” sedangkan saya pernah berceloteh sebaliknya dengan celoteahan dia “nyesel rasanya gua sewaktu masa sarjana strata satu ga pernah bener-bener belajar terlalu banyak memikirkan yang tak guna, terlalu banyak main-main, sampai sekarang gua udah lulus tapi gua serasa tak punya ilmu apa-apa”. Kedua celotehan tersebut jelas berbeda yang satu serius dan yang satu tak pernah serius. Sebelum mendengar coletahan kakak kelas tersebut saya sempat merasa bersalah dan hidup ini terasa dilumuri oleh lumpur kenistaan akibat apa yang telah saya lakukan dimasa lampau namun akibatnya terasa sekarang. Namun setelah mendengar celotehan kakak kelas saya tersebut saya sadar, ini bukan hanya penyesalan semata melainkan soal kemampuan untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang telah dilakukan dimasa lalu, bukan soal perkara mudah dalam memaafkan kesalahan diri sendiri, disini membutuhkan kesabaran dan keikhlasan yang besar. Ketika kita tidak mampu memaafkan kesalahan kita sendiri maka kita akan terus berkutat dalam lumpur penyesalan yang akan menghambat kesuksesan. Ada pepatah mengatakan “sesuatu yang berlebihan itu tidak baik” sama halnya dengan serius dan santai apabila kedua sifat ini diaplikasikan secara berlebihan, akan berdampak buruk pada diri kita sendiri. Tak jarang jalan yang harus kita lewati bukanlah hal yang kita inginkan, semisal kita sangat mendambakan A namun yang kita dapatkan malah B, sebenernya apabila kita mampu menjalani semuanya, termasuk hal yang bukan kita inginkan dengan ikhlas, hal tersebut akan membawa dan menuntun kita ke arah yang kita inginkan. Setiap orang memiliki kelebihan dan rezeki yang berbeda dalam segala hal, termasuk dalam hal akademik semasa perkuliahan. Ada orang yang gampang sekali memproleh nilai bagus namun dia sangat kesulitan mendapatkan waktu luang dan kebebasan untuk sekedar bermain dan berinteraksi dengan orang banyak, adapula orang yang sangat mudah sekali berinteraksi dengan banyak orang, pandai bergaul, dan punya banyak waktu untuk bermain, namun dia sangat kesulitan dalam meraih prestasi akademik. Pengalaman ini saya alami sendiri, saya sangat tertatih-tatih dalam urusan akdemik walaupun sudah banting tulang untuk mendapatkan hasil bagus sangat susah sekali, hanya untuk sekedar mendapat nilai “C” saja rasanya saya harus mati-matian, hal paling berat masalah akademik saya rasakan pada tahun pertama dan tahun kedua masa perkuliahan, pada saat itu tak jarang saya meneteskan air mata, karena merasa perjuangan saya sia-sia, saya belajar lebih banyak dari orang lain, namun hasilnya malah lebih buruk daripada orang yang sama sekali tidak belajar. Hal tersebut membuat saya sangat tertekan, malu, dan kecewa pada diri saya sendiri serta malu pada orang tua. Masalah kesulitan akademik tak hanya beres sampai disitu, menginjak tahun ke 3 masa perkuliahan saya mendapat kepercayaan untuk memimpin sebuah organisasi kemasiswaan, karena pada saat itu saya memang aktif di organisasi tersebut, hingga pada saat regenerasi kepengurusan saya terpilih menjadi ketua, bukan perkara mudah menyeimbangkan antara kewajiban akademik dengan kewajiban organisasi, disana juga saya sempat mengalami beberapa konflik internal yang cukup membuat goyahnya roda kepengurusan saat itu, namun kawan-kawan dan senior yang selalu membantu pada saat-saat sulit tersebut sehingga membuat saya tetap bertahan, walaupun masa kepengurusan dibawah saya bisa dibilang gagal, namun kegagalan itu berhenti hanya pada kepengurusan saya, tidak sampai menurun ke kepengurusan selanjutnya. Adanya tekanan kewajiban organisasi diatas kewajiban akademik membuat saya perlahan tapi pasti walaupun tidak signifikan saya mulai bangkit dan tak jarang di tengah-tengah perjalanan tersebut air mata menentes menjadi saksi bisu perjuangan saya. Nilai akademik lumayan naik walaupun hanya berbeser 0,0… sekian saja saya merasa cukup senang, dan mulai saat itu tepatnya semester 5 saya tak pernah sekeras semester 1-4 dalam hal belajar, saya mencoba untuk lebih rileks dalam belajar, hasil yang didapat cukup agak baik walaupun kalkulasi nilai indek prestasi komulatif saya sangat jauh dibawah standard tapi saya tidak terlalu ambil pusing, karena saya yakin IPK bukan penentu keberhasilan seseorang melainkan hanyalah salah satu prasarat saja. Pada masa saya megalami kesulitan dalam hal akademis namun saya diberikan kemudahan dalam hal interaksi dan bersosialisai dengan lingkungan, saya bisa mengeksplor lebih jauh mengenai karakter saya, hobby saya, dan saya bisa jalan-jalan berkeliling ke luar daerah, walaupun hanya sebatas di pulau jawa, bali, Lombok, kepulauan karimunjawa, dan kepulauan seribu, ditengah himpitan ekonomi yang pas-pasan saya harus Tarik menarik soal manajemen keuangan antara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan keinginan untuk berpetualang saat hari libur semester tiba. Untungnya Tuhan memberikan kemudahan dalam hal ini kebutuhan sehari-hari terpenuhi dan kebutuhan untuk berpetualang juga terlaksana. Kembali lagi ke prinsip setiap orang memiliki kelebihan dan rezekinya masing-masing, ternyata sepulang saya dari petualangan saya banyak teman-teman saya yang iri (kok kamu bisa? Aku juga pengen banget bisa berpetualang seperti kamu) dengan saya termasuk teman-teman saya mempunyai prestasi bagus dalam akademik, namun ternyata beberapa dari mereka susah mendapatkan waktu untuk bersosialisai dan menikmati indahnya alam. Dari sini saya mulai berfikir dan bersyukur ternyata Tuhan memang maha adil, Tuhan memberikan kesulitan dalam hal A namun memberikan kemudahan dalam hal B kepada saya, sebalinya teman-teman saya diberikan kemudahan dalam hal A namun mengalami kesulitan dalam hal B. namun prinsipnya Tuhan tidak akan memberikan kesulitan diluar batas kemampuan umatnya, sesulit apapun masalahnya selama otak ini masih berpikir dan mulut masih bisa berbicara maka pasti ada penyelesaianya. Pengalaman ini memberikan saya informasi mengenai kelebihan dan kekurangan yang saya miliki. Dalam kondisi apapun kita harus tetap menghadapinya, walaupun kondisi tersebut bukanlah kondisi yang kita inginkan, lari dari kondisi yang tidak kita inginkan bukanlah solusi terbaik dan bukanlah penyelesaian yang bijak, tapi itu akan menjadi tabungan masalah dalam hidup kita. Jangan mengutamakan hasil yang sempurna, tapi utamakanlah proses, karena yang paling utama adalah proses menuju kesempurnaan tersebut. Jangan pernah segan untuk meneteskan air mata dikala masalah merundung, biarkan air mata mengalir membawa masalah tersebut pergi kalau memang itu yang terbaik, meneteskan air mata bukanlah hal yang memalukan, orang yang meneteskan air mata tak selamanya orang tersebut cengeng, karena tetesan air mata banyak artinya dan jenisnya, sebut saja tetesan air mata kebagagiaan. Tuhan itu tidak memberikan apa yang kita inginkan melainkan memberikan apa yang kita butuhkan, Tuhan maha tahu apa yang kita butuhkan, Tuhan maha tau isi hati kita yang sebenarnya.

    0 komentar:

    Post a Comment