Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Ada Kasih Dilembah Suryakencana dan Ada Cinta di Puncak Gede

  • Friday, July 11, 2014
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:


  • #Puncak Gunung Gede


    #Lembah Surya Kencana


    Pagi itu sangsurya belum menampakan kegagahanya, diantara sejukanya alam pegunungan seluas mata memandang, terdengar derap langkah kaki-kaki para pemuda-pemudi, sesekali diselingi dengan gelak tawa hangatnya kebersamaan, sembari istirahat dan menunggu sangsurya naik, sejenak kita mengambil nafas sembari menikmati sebungkus nasi dengan lauk secukupnya untuk mengisi tenaga sebelum melanjutkan perjalanan yang cukup berat ke tempat dimana lambang keabadian cinta berada. Hangatnya kebersamaan sangat terasa dibalut dalam sebuah perbedaan yang kontras namun di payungi oleh jiwa pemersatu yang jelas, umur, budaya, suku, agama tidak menghalangi kebersamaan kita, canda tawa mengiringi disetiap langkah kaki yang kita langkahkan, disini kita ditempa tentang arti kebersamaan, disini juga kita disuguhi oleh nyanyian alam, disinilah kita bisa jauh mengenal dan melihat karakter sahabat kita yang belum pernah terlihat sebelumnya. Perjalanan ini bukan hanya sekedar refereshing, tapi juga tentang ketenangan hati, perjalanan ini bukan hanya sekedar kekuatan fisik namun juga tentang kekuatan mental, perjalanan ini bukan hanya sekedar tempat lambang keabadian cinta, namun juga tentang sebuah keabadian saling menghargai. Tak bisa dipungkiri alam memang memberikan inspirasi terbaik bagi setiap penikmatnya, disetiap hembusan nafas dan disetiap alunan denyut nadi yang kita rasakan begitu menentramkan jiwa, kesejukanya mampu menumbuhkan benih-benih baru tak terkecuali benih-benih cinta, baik yang sebelumnya belum tumbuh, maupun yang sebelumnya sudah tumbuh namun masih tersamarkan oleh rasa gengsi, ego dan perbedaan. Alam membuka mata kita tentang sebuah arti cinta. Cinta bagaikan alam, apabila alam dirawat dan dijaga secara baik dan bijak maka keberlangsunganya akan bertahan lama dan memberikan manfaat yang sangat luar biasa, namun jika kita tidak menjaga kelestarianya maka alam pun akan menjawab perlakuan kita terhadapnya. Begitupun dengan sebuah cinta perlu kita rawat dan kita jaga jangan sampai cinta tersebut berubah menjadi malapetaka. Cinta bisa dilambangkan dengan “madu” dan malapetakanya bisa kita lambangkan dengan “kesengsaraan”. pagi  itu kita memang melakukan sebuah pendakian ke salah satu gunung favorit para pendaki yang ada dikawasan jawa barat, gunung tersebut bernama gunung gede yang terkenal menyimpan keidahan alam yang luar biasa disana juga terdapat sebuah lembah yang sangat luas, dilembah itulah pula terdapat sebuah bunga perlambang keabadian cinta, disanalah pula kita merasakan indahnya kebersamaan. Kita bukan pemuda-pemudi pecinta alam, kita bukanlah pemuda-pemudi pendaki professional, kita hanyalah pemuda-pemudi yang sedang membangun kebersamaan diatas segala perbedaan yang ada. Letih, lesu, dan terkadang putus asa pun mendera kita dan mampu melumpuhkan mental juara kita, disinilah kita diuji tentang kemampuan mengontrol pikiran, karena pikiran menjadi kunci utama keberhasilan dalam sebuah pendakian, suasana inilah pula akan mampu mengasah kepekaan hati kita terhadap sesama.  Peluh yang bercucuran dari tubuh tidak bisa dielakan, dan istirahat sejenak pun tidak bisa dielakan lagi, disela-sela istirhat untuk mengambil nafas dan mengumpulkan kembali tenaga, dengan spontanitas berbagi cerita pun muncul, tak terkecuali hal yang bersifat privasi. Kala itu perjalanan pun tak terasa sudah lama, disini mulai terlihat berbagai kemampuan dan karakter dari masing-masing individu. Malam pun menghampiri kita, dekapan kabut dingin lembah suryakencana menyelimuti, dibawah langit yang berbintang, diantara kerumunan tenda-tenda para pendaki, diantara nyanyian angin, dan diantara berwarnanya perasaan, tak banyak yang tau disana tumbuh benih-benih cinta diantara dua sejoli, memang alam atau gunung merupakan salah satu tempat yang tidak bisa dipungkiri dimana benih cinta bisa tumbuh, walaupun masih tersamarkan layaknya pandangan kita yang disamarkan oleh kabut namun perlahan tapi pasti jalan menuju cinta tersebut mulai terlihat dengan jelas. Canda tawa, sandaran manja, dan panggilan perhatian pun tidak bisa diluputkan lagi dari penglihatan dan pendengaran. Namun tanda-tanda tersebut terkadang bisa disirnakan oleh perbedaan yang susah untuk disatukan dan pikiran ke arah yang lebih lanjut hanya bisa berhenti di jalur perbedaan dan bisa dilupakan dengan mudah.namun terkadang perbedaan itu bukanlah suatu masalah besar ataupun benteng pertahanan yang harus kita lewati dengan susah payah ketika dua hati yang berbeda memutuskan untuk saling menitipkan persaan dan belahan jiwanya. Karena hakekatnya cinta dan aksih saying sepasang kekasih berasal dari dua hati yang berbeda, dua jenis kelamin yang berbeda, kelurga yang berbeda, serta ayah dan ibu yang berbeda

    Disetiap jalanan yang berliku, dan disetiap langkah kaki yang mungil menumpu
    Rimbunnya hutanmu, merdunya nyanyian alammu
    Terjalnya jalanan menuju bunga abadi
    Dibawah langit yang berawan nan diselipi bintang
    Di Malam yang gelap, diterangi sorot lampu
    Diselimuti kabut yang menusuk kulit
    Diantara keindahan hamparan indahnya eidelweis
    Diantara cengkrama hangatnya kebersamaan
    Hangatnya secangkir coklat dietemani kesedarhanaan dan rasa syukur
    Tumbuhnya benih cinta tak bisa dielakan lagi
    puncakmu (gede) bisa dicapai, catikmu (eidelweis) bisa kucium
    seramah rayuanmu, semanis coklat vanilla
    sehangat senyumanmu sekuat tekadmu, keyakinanku mulai tumbuh
    nyanyian aliran sungai mengingtkanku akan terikanmu
    panjangnya jembatan cinta gede-pangrango
    mengingtkanku akan panjangnya cerita yang kita lalui
    setelah kita lalui bersama di puncakmu gede, dilembahmu suryakencana
    hatiku telah menentukan pilihan, perasaanku telah memilih
    mataku telah tertuju pada satu titik
    jiwa ragaku telah siap menjaga
    lidah dan mulutku tak bisa lagi berucap selain
    mengatakan
    aku mencintaimu dengan seganap jiwa dan ragaku.



    Gunung Gede 10-11 April 2014
    TERUNTUK KEDUA SAHABAT

    0 komentar:

    Post a Comment