NASEHAT
DI DALAM NASEHAT
(orang
yang mempunyai nasehat cemerlang belum tentu bisa mengaplikasikannya,namuan
belum tentu juga kita tidak bisa mengaplikasikannya)
Dalam hidup kita pasti memiliki orang-orang terdekat
dan lingkungannya, dalam hubungan dengan teman dan lingkunganya tersebut kita
juga pasti akan menemukan hal-hal yang bisa membuat kita bangga terhadapnya,
dan pasti kita juga akan menemukan suatu hal yang mengetuk hati kita untuk
memberikan nasehat atau saran kepada
teman atau lingkunganya di saat ada ketidakwajaran dan keganjilan. Ketika kita merasa bangga dengan teman atau
orang terdekat dengan kita karena dia telah melakukan yang bisa dianggap heroic
baik dalam prestasi akademik maupun non akademik, kita harus pintar-pintar
dalam memilih kata-kata ungkapanya serta cara mengungkapakannya baik secara
langsung maupun lewat media social, jangan samapai karena salah memilih kata,
tempat, dan media,niat kita malah ternilai buruk, atau dinilai terlalu
berlebihan (lebay).
Ada satu hal yang biasa terlupakan oleh kita dalam
hal tersebut, yaitu orang lain punya hak untuk menilai kita atas apa-apa yang
telah kita perbuat, namun terkadang kita tidak bisa menerima penilaian orang
lain terhadap kita, karena kita merasa penilainya salah dan hanya sebatas
melihat dari luar saja. Beberapa hal yang perlu kita sadari jika berada di
posisi yang di nilai adalah, sang penilai (orang lain atau orang yang berada
dilingkungan sekitar), kebanyakan hanya menilai dari luar saja, tanpa mau tau
dalamnya (prosesnya), penilai selalu merasa dirinyalah yang paling benar,
penilai hanya cukup melihat dia sudah bisa menghasilkan angka penilaian,
terkadang penilai tidak memperhatikan aspek kebatinan atau perasaan yang
dinilai.
Sebagai orang yang dinilai kita harus percaya pepatah
“tak
aka ada asap kalau tidak ada api”, mungki kita bisa sama sekali tidak
menganggap justifikasi dari penilai yang menilai perbuatan kita, namun kita
juga tidak boleh serta merta menolak semua hipotesa tentang diri kita yang
diberikan oleh penilai, kita harus tetap merespon sebagian yang
diungkapakannya, yakinilah “bahwa tak selamanya kebenaran dan kesalahan
itu akan berdiri tegak”, karena kita bukanlah malaikat yang selalu
patuh, dan bukan juga syetan yang selalu membangkang, dalam hidup kita maupun
orang lain pasti pernah melakukan salah dan benar. Semua hipotesa yang dilontarkan orang lain
(penilai/orang yang menilai) kepada kita pasti ada benarnya dan pasti ada
salahnya, kita harus bisa menangkap dan menerima kebenaran yang negative
tentang diri kita yang di nilai orang lain, supaya kita bisa mengoreksi dan
mengintrospeksi diri menjadi pribadi yang lebih baik, jadi dalam menanggapi
penilaian orang lain tentang diri kita, kita tidak boleh menolaknya
mentah-mentah, dan tidak boleh juga kita menelannya bulat-bulat, tapi kita
analisis terlebih dahulu, mana yang benar dan mana yang salah setelah itu baru
kita lakukan tindakan yang negativenya kita buang dan yang positif nya kita
ambil lalu tingkatkan.
Ketika kita berada di posisi sebagai seseorang yang
mengeluarkan hipotesa dan penilaian terhadap orang lain, kita harus bisa
menganalisis terlebih dahulu apa yang akan kita nilai, jangan hanya semata-mata
kita mengeluarkan hipotesa dan penilaian dari apa yang kita lihat saja, tanpa
mengetahui apa yang tidak kita lihat, ini berlaku baik dalam kita mengeluarkan
hipotesa dan penilaian baik dan buruk tentang orang lain. Apa yang kita lihat
belum tentu sama dengan apa yang tidak kita lihat, kita memang mempunyai hak
untuk menilai orang lain namun alangkah baiknya jika kita tidak usah atau
jangan terlalu sering menggunakan hak tersebut, kecuali memang sangat-sangat
dibutuhkan dan kita memang sudah tau baik apa yang terlihat maupun yang tidak
terlihat tentang apa-apa yang akan kita nilai.
Kita perlu sadar dan perlu memperhatikan perasaan orang yang kita nilai,
sebagai manusia yang memiliki perasaan kita harus saling memikirkan perasaan
masing-masing, dan mencoba untuk memposisikan diri kita diposisi yang akan
dinilai.
Terkait nilai dan penilaian ini
biasanya akan kita dapatkan ketika kita memiliki intensitas yang tinggi dalam
bersosialisasi, orang yang memiliki intensitas bersosialisai lebih tinggi
biasanya akan mendapatkan penilaian yang beragam ketimbang orang yang memiliki
intensitas sosialisasi dengan lingkunganya rendah. Karena seringnya kita bersosialisasi, baik
berbicara di depan umum, memimpin jalannya suatu kegiatan, maupun interaksi
dengan orang-orang yang berbeda latar, sehingga secara tidak sadar itu akan
memunculkan sesuatu yang menuntut kita untuk bisa beradaptasi, dan secara tidak
sengaja hal-hal tersebut terbawa saat berinteraksi dengan orang lain yang
berbeda latar belakang lagi,
0 komentar:
Post a Comment