Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

IGTF KUDUS 2013 CHAPTER #2

  • Friday, July 12, 2013
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:
  • INDAHNYA KEBERSAMAAN DI IGTF KUDUS 2013
    (Kudus Kota Kretek, Kudus Kota Tercinta, Kudus Kota Kenangan)


    Dalam sebuah perjalanan dan kegiatan pasti selalu ada kisah, cerita, dan pengalaman yang membekas dalam memory setiap insan pelakunya. Kisah, cerita, dan pengalaman tersebut dapat membekas dalam memory berupa  kenangan manis atau kenangan pahit.  Pada bulan juni minggu terakhir sampai juli minggu pertama saya mendapatkan kesempatan kembali untuk mendapatkan kenangan yang membekas di memory.
    Secara keseluruhan saya mendapatkan pengalaman yang begitu manis, sampai-sampai saya harus berada dalam zona melankolis selama beberapa hari karena merasa berat harus segera berpisah dengan kegiatan yang memberikan kesan manis (IGTF Kudus 2013), keindahan pengalaman manis tersebut tak bisa saya untai dalam kata-kata puitis, dan tidak pula bisa saya gambarkan menjadi sebuah lukisan yang elok, karena begitu indahnya kisah tersebut sehingga saya tak bisa berucap dan menggambarkannya, saya hanya mampu mensyukurinya karena pernah punya kesempatan untuk terlibat dalam acara tersebut (IGTF Kudus 2013).
    Kejadian manis tersebut saya temukan di kota Kudus, kebetulan pada saat itu ada sebuah acara pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Mahasiswa IPB di kota Kudus, saya dan beberapa teman seangkatan serta adik kelas saya terlibat didalam acara tersebut. Kota kudus memiliki keunikan tersendiri baik dari segi budaya maupun geografisnya, salah satu keunikan tersebut ialah Sejak dahulu Kudus terkenal dengan sebutan “Kota Kretek”, karena banyaknya pabrik penghasil rokok yang mensuplai kebutuhan rokok nasional, dan satu kebudayaan uniknya,”masyarakat kudus tidak memotong sapi”,ini terkait pada masa-masa penyebaran islam di kota ini oleh satu dari wali songo yaitu sunan kudus yang “mengharamkan”(selama masih ada hewan lain yang bisa dipotong, tidak usah memotong sapi), ini untuk menghormati umat Hindu.
    Dari contoh kecil cerita unik dari kota kudus, saya mendaptkan banyak pengalaman unik, mulai dari pengalaman yang lucu, menjengkelkan, dan tentunya ilmu yang bermanfaat, satu pengalaman yang lucu ialah ketika kita mencoba mengenalkan teknologi sederhana untuk ternak kepada salah satu warga disana tidak yakin dan tidak percaya karena teknologi yang kita bawa dianggapnya terlalu sederhana “mungkin kurang ilmiah kali ya”, sehingga kata-kata salah warga tersebut nge-Hits bagi para peserta IGTF Kudus 2013 “saya yakin ini pasti harus ada starternya” (starter = semacam produk untuk mempermentasi bahan olahan supaya cepat jadi, matang, atau siap pakai), dan saya sendiri menyebutnya sebagai”Teori Is-Wan-Thog”.
    Selain itu saya juga mendapat pengalaman menjengkelkan ketika saya mencoba makan khas kudus yaitu “sate kerbau dan garang asam”, saat itu kita bertiga (saya : Irwan, bagus, dan ganjar), mampir dikedai sate kudus, kebetulan saya dan bagus dibawa oleh ganjar (anak asli kudus 95%, 5% lagi blasteran #eh keceplosan masbro) ke suatu kedai sate kerbau, dan katanya kedai tersebut sering dikunjungi juga oleh ‘artis-artis yang sedang manggung di kudus, dan penjualnya juga kerap di undang dalam acara-acara khusus untuk membuat dan menyajikan sate kerbau) konon katanya karena rasanya nampol-pol-polan, dan ternyata setelah saya mencicipinya itu bukan ‘konon katanya lagi” tapi benar-benar fakta rasanya sungguh lezat, kejadian ini kenapa saya jadikan pengalaman menjengkelkan karena harga satu tusuk sate kerbau tersebut Rp.3.400, dan tambah menjengkelkannya saya hanya bisa mencicipi 9 tusuk saja (harusnya genap 10 tusuk).
    Satu cerita menjengkelkan lainya adalah ketika saya mampir ke rumah makan “sari rasa” yang menyajikan makanan khas kudus juga yaitu “Garang Asam”, saat itu kita berempat (saya, bagus, denny, dan tentunya pak bos ganjar), awalnya sih saya ga  yakin makanan “garang asam” tersebut rasanya lezat, karena dilihat jasadnya saja dibungkus daun pisang, pokonya kurang menarik, namun setelah bungkusnya dibuka baru muncul ketertarikan saya padanya, setelah tau isinya adalah ayam kampong dan ada tomat-tomat hikaunya, lalu saya mencicipi kuahnya terlebih dahulu “kebetulan ada semacam kuahnya juga”, dan ternyata saya salah duga, makanan yang dibungkus dengan jasad kurang  menarik tersebut rasanya nampol-pol-polan, Cuma satu penyesalan saya yaitu saya Cuma bisa mencicipinya setengah porsi saja karena harganya mahal banget. Jauh-jauh dari bogor Cuma makan sate kerbau 9 tusuk saja dan garang asem Cuma setengah porsi pula, tapi tak apalah selama masih gratis (makan mahal rasa enak di bayarin pula sama pak bos ganjar).

    Selama dikudus selain menggali ilmu, dan sesekali mencicipi semua kuliner khas kudus, saya juga mendapat berbagai inspirasi dari kota kecil nan mungil tapi mempunyai kebudayaan dan keunikan yang besar, selain inspirasi dari kota kudus sendiri saya juga mendapat inspirasi dari kejadian-kejadian dilapangan selama melakukan pengabdian, dan tak kalah pentingnya saya juga mendapatkan inspirasi dari para peserta pengabdian masyarakat. Dari sekian banyak inspirasi yang saya dapatkan adalah inspirasi untuk menulis “suatu teori yang belum tertulis dalam literatur ilmiah”, pertama ternyata warga atau masyarakat “yang saya kunjungi di kudus”  semacam tidak membutuhkan terori tapi membutuhkan bukti yang instan bisa dilihat langsung oleh mata, dan buktinya bisa dirasakan langsung seketika, kedua kudus merupakan kota kretek, walaupun rokok yang dihasilkan dari kota ini setelah dibakar oleh seorang perokok dapat membuat muak orang disekelilingnya yang tidak merokok, namun ada juga yang anti rokok mengakui betapa harumnya aroma rokok atau tembakau ketika lewat ke pabrik-pabrik rokok, ketiga kudus merupakan salah satu kota kenangan bagi sebagian orang yang pernah singgah di kota ini, terutama bagi para muda-mudi yang menemukan cintanya di kota kudus, dan  bagi para muda-mudi yang pernah mengalami praha dalam percintaan di kota ini, dan keempat kudus adalah kota tercinta bagi warga kudus, dan bagi para muda-mudi kesepian yang belum menemukan cinta dan berharap bisa menemukan cintanya disini. Sampai pada suatu hari di suatu desa ada seorang peserta secara tidak sadar pernah nyeleneh “berangkat dari bogor ke kudus status gw jomblo, eh tapi selama dua minggu di kudus dan acara IGTF sebentar lagi beres gw masih aj jomblo”.
    Dari sekian banyak pengalaman yang saya dapatkan selama IGTF Kudus yang saya ceritakan di atas kebenaranya mencapai 98%, dan sisanya 2 % merupakan fiktif belaka untuk membuat tulisan saya menjadi tulisan yang manarik dibaca supaya para pembaca bisa membayangkan betapa indahnya ketika kita bisa saling berbagi kisah dalam kebersamaan dan keanekaragaman budaya yang berbeda, terutama indahnya saat kita bisa  mengabdikan diri di masyarakat dan mengaplikasikan ilmu yang sudah kita dapatkan di kehidupan nyata supaya bisa merasakn seberapa jauhkan perbedaan antara teori dengan praktik dilapangan secara langsung
    BERSAMBUNG DI KISAH IGTF CHAPTER #3


    0 komentar:

    Post a Comment