Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

POCONG KOPLAK NGESOT

  • Tuesday, June 3, 2014
  • mansyurahmad.blogspot.com
  • Label:

  • #pocong-pocong ngesot

    Dikala kita mendengar kata pocong pasti pikiran kita akan tertuju pada hal berbau horror, namun kali ini “POCONG” disini berbeda, dan tidak seseram yang dibayangkan. Tim pocong terbentuk ketika saya melakukan pendakian ke gunung rinjani pada tanggal 24-28 Mei 2014, ti ini beranggotakan saya (irwan), kak apip (kepala suku) kak nanang, kak angsori, bujang juanda, dan bujang ilham (si bujang ini anak jambi punya). Sebelumnya kita belum pernah bertemu secara langsung, mimpi dan cita-cita menapaki puncak tertinggi ke tiga di Indonesia lah yang mempertemukan kita (ilham, juanda, dan saya belum pernah naik gunung rinjani sebelumnya, namun kaka apip, kaka ang, dan kak nanang sebelumnya sudah pernah mendaki gunung ini). Entah apa yang membuat kita terasa begitu dekat dan akrab walaupun kita baru bertemu, kedakatan dan rasa persaudaraan tumbuh selama perjalanan mendaki menuju puncak tertinggi ke tiga di Indonesia, dari beberapa tim yang ada diantara rombongan kita memang tim kita lah yang paling berisik dari mulai bangun sampai kita akan tertidur lagi, terutama ini disebabkan oleh kaka ang yang tak pernah henti-henti tertawa selama perjalanan dan kawan lainnya yang ada saja ulah dibuatnya sehingga mengundang gelak tawa, dan paling nyentrik adalah kaka ang berjalan sambil menyalakan music tak tangung-tanggung dia membawa sepeaker portable dan batre cadangan (power bank untuk megisi batre speakernya). Dan tingkah yang dilakukan oleh saya, ilham, dan juan adalah bertanya kepada kak apip “kak bukitnya berapa lagi” karena memang pendakian ini harus melewati beberapa bukit, kita bertiga terus menggrutu karena seakan-akan bukit yang kita lewati tak ada habisnya kaka pip hanya tersenyum saja sambil sesekali berucap “bukitnya satu lagi, nikmati saja, nanti juga sampe”.  Sesaat kita berhenti bersama untuk istirahat mengambil nafas, namun saat berhenti istirahat pun gelak tawa tak henti-hentinya bahkan makin menggila, gelak tawa muncul karena tingkah ulah dari kita maupun karena salah seorang dari kita bercerita konyol yang memang ketika mendengarnya susah sekali untuk menahan tawa tersebut. Perjalanan selama 5 hari 4 malam membuat kedekatan dan keakraban itu pun semakin terasa. Malam pertama kita berkemah di Antara pertengahan pos II dengan pos III karena di pos I & II sudah penuh dari malam pertama pun kita memang yang paling menonjol dalam membuat kerusuhan suara, kita berenam memang sangat ahli memancing lebih tepatnya memancing keributan gelak tawa, yang laun sudah pada terlelap tidur kita masih asik ngobrol sambil tertawa-tawa, keesokan harinya sekitar pukul 09.00 WITA kita baru melanjutkan perjalanan menuju pos pelawangan sembalun, yang merupakan titik terahir kita dapat mendirikan tenda sebelum kita melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi di tanah nusa tenggara. Di perjalanan menuju pelawangan sembalun pun kita masih tertawa-tawa walaupun medan yang kita lewati semakin terjal karena yang kita lewati adalah tiga bukit penyesalan, dijuluki seperti ini karena medannya benar-benar menyiksa, mau pulang lagi jauh, mau menuju puncak pun masih jauh, benar-benar bukit penyesalan, sangat menyesal sekali kalau dalam hidup tidak pernah melewatinya, pemandangan yang disajikan  benar-benar menentramkan mata. Saat di pos pelawangan sembalun tenda kita (kak apip, kak anang, kak ang, bujang juan, bujang ilham dan saya) berhadap-hadapan dan berdekatan, ada yang special pada malam itu bertepatan tanggal 25 mei 2014 dimana bujang ilham saat itu berulang tahun, dan sekitar pukul 8.30 WITA ada acara potong kue tart  entah siapa yang membawa kue tersebut tapi itu sangat berkesan banget walaupun bukan saya yang berulang tahun, memang luar biasa malam itu terutama buat bujang ilham, dibawah langit yang berbintang dan dekapan dinginya malam di gunung saat itulah kita merayakan hari jadinya bujang ilham yang ke 25, dalam hati saya terbersit “gileee bro envy gw” karena dalam 2 bulan yang sama saya ikut merayakan 2 ulang tahun sekaligus. Setalah acara potong kue dan tiup selesai kita segera tidur mengumpulkan energy untuk mempersiapkan menuju puncak yang akan dilkukan pada pukul 01.00 WITA dini hari, jadi sekitar pukul 12 kita sudah harus bangun, malam itu orang yang akan menuju puncak berduyun-duyun ramai sekali dan jalanan pun sempit padat merayap. Sekitar pukul 01.30 WITA rombongan kita baru memulai pendakian menuju puncak, namun pada malam itu tim pocong kekurangan dua personil yakni kak ang dan kak nanang yang tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak, setelah perjalanan dimulai setelah sampai pada pegangan tangga, kak apip bilang ke saya, wan kamu duluan aja (maksud dia duluan nanti tunggu di punggungan bukit sebelum menuju puncak), saya mengira kak apip menyuruh saya duluan ke puncak, tanpa piker panjang saya langsung tancap gas menuju puncak selama perjalanan saya banyak menyalip orang sampai akhirnya saya Cuma berjalan sendiri ke puncak dan tiba-tiba ada seorang yang menyusul saya pendaki rombongan lain namanya wahyu, saya dan dia berjalan berdua, selama perjalanan tidak banyak istirahat, istirahat yang saya ambil untuk menarik nafas hanya sekitar 3 menit paling lama, setelah sekian lama berjalan akhirnya saya jalan sendirian lagi karena si wahyu berjalan lebih pelan lagi, saya terus berjalan tanpa lihat kiri kanan ataupun ke atas, saya hanya melirik ke belakang sesekali, yang terlihat hanyalah sorotan lampu dari para pendaki yang akan menuju puncak, saya putar music saya dendangkan lagu-lagu memompa semangat bertemakan Indonesia, dan akhirnya saya sampai pada suatu daerah yang sedikit datar lalu saya bertanya pada orang yang duduk disana “mas ini puncak”, lalu orang tersebut iya ini puncak di depan sedkit lagi, setelah itu saya tengok ke depan dan terlihat sebuah tiang tersematkan bendera merah putih, dan ternyata saya adalh orang yang ke emapat sampai di puncak, perjalanan dari pelawangan sembalun menuju puncak saya tempuh dengan waktu kurang lebih 3,5 jam saja, sesampainya di puncak saya tak bisa berkata apa-apa lagi hanyalah air mata yang keluar membasahi pipi kemudian saya bersujud sembari mengucap hamdallah, dan selama saya bersujud pun air mata saya masih menetes membasahi pipi. Setelah sekitar 5 menit mengambil nafas kemudian saya mengambil tayamum untuk melaksanakan sholat subuh, karena pas saya sampe bertepatan dengan waktu sholat subuh. Setelah beres sholat subuh saya mencoba mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto sambil memegang plang bertuliskan puncak rinjani. Sembari menunggu sang surya terbit saya duduk-duduk dan bergabung dengan rombongan lain karena rombongan saya belum pada sampai baru sekitar pukul 5.40 rombongan saya bermunculan mulai dari om sarung "na“anya kak erik” (karena dia ke puncak Cuma pake kolor habis itu hanya mengenakan sarung, badanya memang agak banyak kurus  haha), setelah itu rombongan IPDN, menyusul kembali bujang ilham mulai terlihat, kemudian kak apip dan bujang juanda. Ternyata rombongan makasar tidak melanjutkan perjanan menuju puncak begitu juga kak didit, ada satu yang sangat saya sesalkan pada saat itu, saya dan ilham membawa tulisan yang cukup special untuk di bawa ke puncak dan barang tersebut disimpan di tas nya bujang ilham, namun sesaat akan berangkat tas tersebut dibawa oleh porter yang memang sengaja di bawa oleh kak didit untuk membatunya, namun apa dikata karena kak didit tidak sampai ke puncak tulisan saya (sudah di laminating) dan tulisan sang bujang ilham (berupa spanduk) pun naas tidak sampai puncak, dalm hati terasa menyesal kenapa harus menyerahkan tas tersebut pada porter. Bagi saya tulisan tersebut sangatlah berarti karena tertulis kata-kata yang sangat ingin saya sampaikan pada Indonesia. Namun saya dan bujang menerima nasib. Ada hal yang sedikit unik dan kampreeet saat di puncak yaitu tingkahnya si bujang juanda dimana yang lain asyik mengabdikan momen, eh dia malah asik gonta ganti pakain setelah itu berpose dan kemudian ganti lagi pakaian dan kembali berpose, sungguh bujang newbie dan sungguh kampreeet si bujang satu ini tapi ini yang bikin ngakak dan terkenang di puncak rinjani. Setelah sekitar 1 jam di puncak kak apip mengajak untuk turun, diantara rombongan itu sayalah yang agak males untuk turun  karena berniat dan berharap si porter akan menuju puncak, namun setelah saya pikir kembali saya putuskan untuk turun saja.  Perjalan turun kitalah (saya dan si bujang juan) yang paling belakang karena kita asik berfoto ria, sampai pada saatnya saya bosan saya tinggalkan si bujang yang masih asik foto-foto ria.  

    0 komentar:

    Post a Comment